The Story of Indonesian Heritage

Monumen Pasar Nongko

Monumen Pasar Nongko merupakan salah satu monumen yang dibangun di Surakarta (Kota Solo) yang berhubungan dengan Agresi Militer Belanda II dalam Serangan Umum Empat Hari Di Solo. Monumen ini terletak di Jalan Prof. DR. Supomo No. 105 Kelurahan Punggawan, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi monumen ini berada di pertemuan antara Jalan Prof. DR. Supomo dengan Jalan R.M. Said, atau berada di depan Kantor Kelurahan Mangkubumen, yang tak jauh juga dari Pasar Nongko (± 140 meter timur pasar).


Monumen yang terbuat dari batu marmer itu diresmikan bertepatan dengan Hari Pahlawan pada 10 November 1980 oleh Sesepuh/Ketua Dewan Harian Nasional Angkatan 45. Sesuai tulisan yang ada di prasasti tersebut, monumen ini didirikan untuk menandai peristiwa dibantainya rakyat oleh tentara Kolonial Belanda di daerah Pasar Nongko pada akhir Serangan Umum Empat Hari di Kota Solo – tanggal 7 hingga 10 Agustus 1949 – oleh pasukan pejuang kemerdekaan Indonesia yang dipelopori pemuda dan pelajar usia belasan tahun

.

Kendati sudah ada ada perintah cease fire (gencatan senjata) dari kedua belah pihak, akan tetapi sekitar pukul 05.00 pagi tanggal 11 Agustus 1949, pasukan green caps (baret hijau) yang semalam datang terlambat dari Semarang menyelinap keluar dari Benteng Vastenburg. Mereka langsung menuju rumah Dr. Padmonegoro di Kampung Gading. Tempat tinggal itu juga menjadi pos darurat PMI. Pasukan komando tersebut segera mengobrak-abrik serta menyembelih sejumlah pengungsi yang sedang menjalani perawatan. Tujuh petugas PMI dan 14 orang pasien disembelih, mati secara mengenaskan (Julius Pour, 2008: 184).


Begitu berita tentang serangan liar itu tersebar, satu peleton TNI segera melakukan pengejaran dan berhasil menyergap mereka di perempatan Ngapeman.  Melalui pertempuran yang sengit, tujuh pasukan baret hijau Belanda akhirnya bisa ditewaskan.
Kabar ini pun kemudian tersebar ke pasukan baret hijau lainnya yang tergabung  dalam Corps Special Troepen, pasukan istimewa Belanda. Mereka kemudian melakukan pembalasan atas tewasnya teman-teman itu dengan menyiksa dan membantai penduduk yang ada di jalan serta membakar rumah mereka dengan menggunakan alat penyemprot api di dekat lokasi Monumen Pasar Nongko berdiri. Tercata ada 36 nyawa melayang karena peristiwa itu, di antaranya 5 wanita dan seorang bayi.
Oleh karena itu, di monumen tersebut juga tertulis di dalam prasasti sebagai berikut:

“Kita kenang pengorbanan rakyat serta kepahlawanan pejuang
Kemerdekaan Indonesia dengan renungan
Kami yang dibantai mati di daerah ini adalah
Sekelumit bukti yang berbicara tentang kebiadaban
Nafsu penjajah tentara Belanda di bumi ini.
Biarlah kami menjadi tumbal perjuangan kemerdekaan bangsa. Semoga tidak sia-sia
Bagi anak cucu bangsa Indonesia.
Teruskan semangat perjuangan pahlawan ini
Untuk mengisi kemerdekaan bangsa atas dasar Pancasila.”

***
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami