Berpuluh-puluh tahun yang lalu, terdapat sebuah kerajaan yang bernama Panyidagan. Kerajaan itu dipimpin oleh seorang ratu. Ratu tersesebut bernama Ayu Panyidagan. Ratu Ayu mempunyai paras yang sangat cantik jelita, namun sampai saat itu beliau belum mau bersuami. Beliau memimpin rakyatnya dengan adil. Jarang di kerajaan tersebut ada keributan, semuanya berjalan dengan damai.
Suatu ketika Ratu Ayu Panyidagan melalui mimpinya mendapat petunjuk, bahwa di kemudian hari akan terjadi perubahan besar pada kerajaan tersebut.
Keesokan harinya ratu mengumpulkan para pejabat kerajaan. “Para menteriku, baru saja aku mendapat petunjuk dari dewa bahwa di kerajaan kita akan terjadi peristiwa di luar dugaan kita. Oleh karena itu mulai sekarang kita bersiap.”
Suatu hari datang seorang pemuda rupawan yang berasal dari Kerajaan Jati Cirebon. “Izinkan aku menghadap Ratu Ayu Panyidagan, pengawal!” pinta pemuda tersebut kepada pengawal yang menjaga gerbang istana.
Oleh pengawal, pemuda tersebut disuruh menunggu di depan istana, sementara salah satu pengawal memberitahu kedatangan pemuda tersebut kepada sang ratu.
“Bawalah pemuda itu menghadap aku!” perintah sang Ratu.
Melihat seorang pemuda yang rupawan dihadapannya, sang ratu merasa tertarik.
“Siapa nama kamu anak muda, dan apa keperluanmu datang ke kerajaanku ini?”
“Hamba bernama Pangeran Muhammad, utusan dari Kerajaan Jati Cirebon. Hamba disuruh meminta buah maja yang terdapat di kebun Paduka Ratu untuk menyembuhkan penyakit yang sedang melanda rakyat kami,” jawab Pangeran Muhammad.
Sang Ratu berpikir sejenak,” Hanya itu permintaan kamu?” Pangeran Muhammad pun mengangguk.
“Baiklah, namun kamu harus memenuhi syarat yang aku berikan!” kata Sang Ratu.
Ratu pun melanjutkan pertanyaannya. “Kamu dapat mengambil buah maja yang kamu inginkan bahkan seluruh kerajaan ini, namun kamu harus menikah denganku!”
Pangeran Muhammad terkejut dengan syarat tersebut,” Ampun, Paduka. Bukan hamba bermaksud menolak lamaran Paduka. Hamba telah mempunyai isteri, jadi tidak mungkin hamba menikah dengan Paduka.”
Mendengar perkataan Pangeran Muhammad, Ratu Ayu Panyidagan murka. Dia segera menyuruh pengawalnya menangkap Pangeran Muhammad.
“Kamu tidak akan mendapatkan buah maja itu, aku akan memusnakannya sekarang juga,” kata Sang Ratu.
Ratu Ayu Panyidagan kemudian memasuki ruangan semedinya. Tidak lama kemudian tampak mendung tebal menutupi langit di atas Kerajaan Panyidagan dan disusul petir yang saling menyambar.
Sepanjang malam itu hujan turun dengan lebatnya sehingga orang-orang enggan keluar rumah. Keesokan harinya, matahari bersinar dengan cerah seolah semalam tidak terjadi hujan yang deras.
Pada saat itulah orang-orang terkejut melihat istana Panyidagan telah lenyap, begitu pula kebun maja yang tumbuh subur.
“Lihat, istana Panyidagan lenyap!” teriak orang-orang yang melihat kejadian itu pertama kali.
Seketika itu juga orang-orang berkerumun untuk melihatnya. Mereka terkejut istana beserta isinya telah menghilang.
“Ratu kita menghilang, maja ….. langka, maja …. Langka, majalangka!”
Maka sejak saat itu daerah bekas Kerajaan Panyidagan dikenal dengan nama Majalangka, yang seiring waktu berubah menjadi Majalengka. ***
Sumber:
S. Marni, ____, Kumpulan Cerita Rakyat Indonesia: Cerita Rakyat Jawa Barat 1, Jakarta: CV. Sinar Cemerlang Abadi. Hal. 55-60.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar