Kearifan lokal pada naskah Ulu di Bengkulu tak dimanfaatkan dalam hidup kekinian. Padahal, isi naskah Ulu sangat beragam, mulai dari hukum adat, pengobatan tradisional, konservasi lingkungan, hingga kepemimpinan. “Penerjemahan naskah Ulu beraksara ka-ga-nga itu pun sangat terbatas,” kata filolog Universitas Bengkulu, Sarwit Sarwono, Jumat (25/5). Hal senada disampaikan curator Museum Negeri Bengkulu, Muhardi. Salah satu contoh naskah yang bisa dikaji adalah naskah suku Serawai milik Museum Negeri Bengkulu. Naskah itu berisi tentang bahan-bahan tradisional untuk pengobatan berikut cara meramunya. Naskah Ulu juga ada di Inggris dan Belanda. Di Leiden (70 naskah), Den Hag, Amsterdam, British Library, dan School of Oriental African Studies University of London (4 naskah). Naskah dibawa Inggris dan Belanda saat menguasai Nusantara. (ADH)
*) KOMPAS edisi Sabtu, 26 Mei 2012 hal. 12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar