Tari yang diciptakan oleh Paku Buwono (PB) X, Raja Keraton Surakarta, ini diciptakan untuk menyikapi adanya Perjanjian Giyanti yang merupakan penggambaran Catur Sagara, di mana trah Mataram terbagi menjadi empat wilayah, yakni Surakarta, Yogyakarta, Mangkunegaran, dan Pakualaman.
Wirapratama sendiri berarti prajurit yang memiliki watak utama. Adegan perang yang digambarkan pada tarian ini tidak saja bermakna perang melawan musuh, namun juga perang melawan hawa nafsu.
Dalam pertunjukkannya, tari ini digambarkan oleh empat kstaria Pandawa yang terlibat geladi seru, yakni Gatotkaca, Antasena, Abimany, dan Irawan. Dua karakter bertolak belakang ini bergerak lincah khas masing-masing. Gatotkaca dan Antasena yang bertampang angker unjuk trengginas lewat tari gagahan. Sementara Abimanyu dan Irawan yang berparas kalem tampil lebih elegan.
Dimulai dengan perang beksan, mereka bergerak serasi mengikuti alunan tembang dan gamelan yang mengiringinya. Situasi makin memanas tatkala para kesatria itu bertarung dalam adegan perang kembangan. Puncaknya, masing-masing mengeluarkan jurus pamungkas dalam perang tersebut. Gatotkaca dan Antasena menggunakan senjata gada, sedangkan Abimanyu dan Irawan menggunakan keris serta panah.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar