Sejarah kebesaran Nusantara dapat ditelusuri antara lain pada Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan yang berpusat di lokasi yang sekarang menjadi Kota Palembang, Sumatera Selatan, ini boleh dibilang merupakan cikal-bakal bersatunya Nusantara. Sebagai kerajaan besar pada sekitar abad ke-7, Sriwijaya telah menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan besar pada waktu itu, antara lain China.
Kebesaran Sriwijaya dan hubungan perdagangannya dengan China dapat terlihat dari prasasti Kedukan Bukit. Prasasti ini mengisahkan tentang perjalanan Siddhayatra Dapunta Hyang yang dianggap sebagai pendiri Kerajaan Sriwijaya. Salah satu replikanya kini disimpan di Kompleks Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya.
Kompleks ini semula disebut dengan Situs Karanganyar. Sesuai namanya, situs sejarah ini berlokasi di daerah Karanganyar (Jalan Syakhyakirti), Gandus, Palembang. Dari pusat kota Palembang, situs ini berlokasi sejauh sekitar empat kilometer.
Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya yang berlokasi di tepi utara Sungai Musi ini terbagi menjadi bagian Museum Sriwijaya dan tiga bagian situs. Bagian-bagian situs tersebut adalah Karanganyar 1, Karanganyar 2, dan Karanganyar 3. Di Karanganyar 1, terdapat kolam persegi panjang dengan Pulau Nangka dan Pulau Cempaka di tengahnya. Karanganyar 2 dan Karanganyar 3 berada tak jauh dari Karanganyar 1 dengan pembatas berupa parit.
Di taman purbakala ini ditemukan banyak artefak berupa manik-manik, keramik, dan sisa perahu. Berdasarkan penelitian, keramik-keramik seperti mangkuk dan piring yang ditemukan antara lain berasal dari China dari Dinasti Tang (abad 7 – 10 M), Dinasti Sung (abad 10 – 12 M), Dinasti Yuan (abad 13 – 14 M), dan Dinasti Qing (abad 17 – 19 M).
Uniknya, di taman purbakala ini banyak ditemukan parit atau kanal. Diperkirakan kanal-kanal tersebut dibuat sebagai jalur transportasi, pengairan, benteng, dan untuk mencegah banjir. Sayangnya, sejumlah bangunan di dalam situs ini tampak kurang terawat dan terabaikan. Misalnya bangunan menara pandang terlihat terbengkalai. Selain itu, informasi mengenai situs zaman keemasan Kerajaan Sriwijaya ini masih terbilang sangat minim. Warga sekitar juga masih kurang menyadari keberadaan situs ini.
Terlalu sayang jika peninggalan bersejarah ini diabaikan begitu saja padahal lokasinya mudah dicapai dari pusat kota. Sudah selayaknya peran dan jasa Kerajaan Sriwijaya pada masa lampau mendapatkan apresiasi berupa perawatan peninggalan bangunan bersejarahnya. Jika lebih diperhatikan dan dipelihara dengan baik, situs ini bisa menjadi salah satu destinasi favorit di Palembang. [MIL]
Sumber:
- KOMPAS edisi Sabtu, 15 September 2012 hal. 47
Tidak ada komentar:
Posting Komentar