Paviliun Wuryaningratan merupakan bagian bangunan dari kompleks Ndalem Wuryaningratan yang berada di Jalan Slamet Riyadi 261 Surakarta atau sebelah timur Taman Sriwedari Surakarta.
Dari luar, bangunan itu tampak bergaya Eropa. Konon, pada 1890, untuk membangun rumah menantu raja ini secara khusus mendatangkan arsitek dari Belanda.
Dahulu tempat ini dipergunakan oleh Kanjeng Wuryaningrat untuk menerima tamu, terutama teman-teman seperjuangan beliau dalam kegiatan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia dan sebagai tempat aktivitas para pejuang pada masa penjajahan Belanda maupun penajajahan Jepang. Kegiatan-kegiatan itu, antara lain:
a. Persiapan rapat fusi Budi Oetomo dengan Partai Bangsa Indonesia dan menjadi Partai Indonesia Raya.
b. Perumusan tuntutan kepada Jepang agar Bung Karno dan Bung Hatta dikembalikan kepada bangsa Indonesia (pada waktu itu Bung Karno dan Bung Hatta sedang diasingkan).
c. Digunakan untuk markas Badan Pembantu Keluarga Perang.
d. Salah satu tempat yang dipergunakan Pak Harto untuk merumuskan taktik strategi perjuangan kemerdekaan, waktu itu masih berpangkat Lettu.
Semenjak Ndalem Wuryaningratan ini dibeli oleh H. Santosa Doellah, pemilik PT. Danar Hadi Solo, pada tahun 1999, bangunan paviliun yang berada di sebelah timur pendopo ini dilakunan pemugaran, namun dalam pemugaran tersebut tetap mempertahankan keutuhan dan keasliannya. Karena banyak yang rusak, lantainya terpaksa diganti dengan keramik baru. Hal ini dikarenakan keramik aslinya buatan Belanda, pabriknya sudah tutup dan tidak berproduksi lagi.
Paviliun ini sekarang difungsikan sebagai restauran dan café yang diberi nama “Soga”, untuk memanjakan pengunjung yang sedang menikmati koleksi Museum Batik Kuno Danar Hadi maupun berbelanja batik di gerai milik Danar Hadi, yang hanya bersebelahan dengan Paviliun Wuryaningratan. *** [110912]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar