Pamor
Jembatan Merah memang sebanding dengan kenyataan di lapangan. Semula bayangan
saya yang berasal dari luar Surabaya, hanya seonggokan jembatan besi saja. Tapi
kalau ditelusur dalam kisahnya, jembatan ini turut menorehkan dalam sejarah
perjuangan bagi arek-arek Surabaya.
Tak
hanya itu, deretan gedung-gedung lawas
juga turut membentuk cerita bahwa kawasan Jembatan Merah memang merupakan
bagian dari salah satu penunjang kawasan kota lama. Salah satunya adalah Gedung
PT Aperdi Djawa Maluku, atau biasa disebut Gedung Aperdi saja. Gedung ini
terletak di Jalan Jembatan Merah No. 19 – 23 Kelurahan Krembangan Selatan,
Kecamatan Krembangan, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Lokasi gedung ini
berada selatan Bank Mandiri Rajawali (pojok), atau utara Prima Master Bank.
Gedung
Aperdi ini dulunya merupakan Kantor Algemeene
Maatschappij van Levensverzekering en Lijfrente (Perusahaan Umum Asuransi
Jiwa dan Tunjangan Hari Tua), sebuah perusahaan asuransi jiwa terbesar di
Belanda yang berdiri pada 1880 namun akhirnya bangkrut pada 1921.
Peletakan
batu pertama pembangunan gedung asuransi ini dilakukan oleh John von Hemert
pada 21 Juli 1901. Awalnya rencana gedung ini dikerjakan oleh arsitek Marius J.
Hulswit tapi karena dianggap sudah tidak sesuai dengan zaman, selanjutnya
diganti oleh arsitek Hendrik Petrus Berlage.
Gedung karya Berlage ini memang memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan gedung-gedung yang berada di sebelah kiri maupun kanannya. Fasade bangunan berlantai dua ini menampilkan gaya aristektur Art Nouveau dengan lengkungan bata merah khas Berlage. Di belakang lengkungan tersebut terdapat selasar, yang berfungsi sebagai pelindung gedung ini dari tampias hujan dan sinar matahari secara langsung.
Tepat
berada pada undakan mau masuk ke
pintu utama gedung ini, terdapat dua patung singa karya Berlage yang turut
menghiasi gedung ini. Keberadaan dua patung singa di tepi jalan ini, acapkali
masyarakat setempat menyebutnya dengan Gedung Singa.
Di
atas lengkungan pintu masuk, terlihat lukisan porselin yang sampai sekarang
masih mengundang misteri arti dari lukisan tersebut. Lukisan tersebut
menampilkan ibu dan anak. Seorang ibu Eropa dan seorang ibu Jawa yang sama-sama
menggendong anaknya. Lukisan tersebut merupakan karya Jan Toorop yang
dipasangkan pada bangunan karya Berlage ini. Jan Toorop bukan seorang arsitek.
Lebih tepat bila ia disebut sebagai seorang seniman. Sebutan yang sering
diberikan orang kepadanya adalah seorang impressionis dan simbolis, pelukis Art Nouveau, ilustrator dan desainer
grafis.
Ia
dilahirkan pada 20 Desember 1858 di Purworejo, Jawa Tengah. Ayahnya seorang
Jawa dan ibunya orang Inggris. Nama kelahirannya adalah Jean Theodoor Toorop.
Pada 1872 ia pindah ke Belanda bersama keluarganya. Di sana ia belajar di Delft
dan Amsterdam. Pada 1880 ia menjadi mahasiswa di Rijksakademie di Amsterdam. Dari tahun 1882-1886 ia hidup di
Brussels, Belgia. Toorop mengerjakan berbagai aliran seni yang berbeda selama
tahun tersebut, seperti realism, impressionism, neo impressionism dan post
impressionism.
Selama
periode 1890-an, ia mengembangkan gayanya sendiri semacam symbolic style yang dinamis dengan garis-garis yang undpredictable dengan motif Jawa. Selama
periode ini ia mengembangkan gaya simbolis yang unik, dinamis, garis-garis tak
terduga berdasarkan motif Jawa, tokoh ramping sangat bergaya, dan desain dengan
garis lengkung. Setelah itu, ia berpaling ke gaya Art Nouveau di mana bermain mirip garis digunakan untuk tujuan
dekoratif tanpa makna simbolik yang jelas.
Pada
masa peralihan dari abad ke-19 ke abad ke-20 itulah Jan Toorop diperkirakan
mendesain lukisan dari porselen yang dipasang di depan pintu masuk gedung Algemeene Maatschappij van Levensverzekering
en Lijfrente di Surabaya. Toorop meninggal pada 3 Maret 1928 di Den Haag,
Belanda.
Dulu,
di atas dormer utama atau tepatnya di
puncak atap terdapat tulisan “ALGEMEENE”,
dan setiap kapal yang hendak merapat di sekitar Jembatan Merah bisa menatapnya
dari kejauhan. Bekas rangka besi tempat tulisan tersebut masih tampak. Rangka
besi itu membentuk pagar kecil.
Kini,
gedung asuransi itu tampak dibiarkan kosong dan tak terawat. Bahkan, di lantai
atas dan atap terlihat ditumbuhi tanaman. Bila terlalu lama terlantar,
dikawatirkan gedung tersebut akan runtuh. Terakhir kali diketahui lantai satu
gedung ini digunakan PT Aperdi Djawa Maluku, sedangkan lantai dua pernah
dipakai sebagai kantor Asuransi Jiwasraya. PT Aperdi Djawa Maluku merupakan
perusahaan yang bergerak di bidang listing. Dalam kategori pedagang berjangka
dengan volume transaksi terbesar tahun 2014, PT Aperdi Djawa Maluku dengan
volume transaksi 456.054,70 lot pernah menduduki posisi kedua. *** [080216]
Kepustakaan:
DIMENSI Vol. 39, No. 1, July 2012,
37-50
http://investasi.kontan.co.id/news/ini-daftar-pemenang-pialang-award-jfx-2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar