Setiap
melintas Jalan Mayor Jenderal Prof. Dr. Moestopo, Anda akan terkagum-kagum pada
bangunan lawas bercat putih yang
menghadap ke selatan. Bagian depan berpagar besi memanjang dengan dua pintu di
kiri dan kanan untuk masuk-keluar. Gedung dilengkapi taman yang ditumbuhi
rumput hijau sehingga memberi kesan asri.
Bangunan
lawas tersebut adalah sebuah kampus
dari universitas kenamaan yang berada di Kota Surabaya. Bangunan lawas tersebut
adalah Gedung Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair). Gedung FK
Unair ini terletak di Jalan Mayor Jenderal Prof. Dr. Moestopo No. 47 Kelurahan
Airlangga, Kecamatan Gubeng, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Lokasi gedung
FK ini berada di depan RSUD Dr. Soetomo, atau sebelah timur Rumah Sakit Husada
Utama.
Dulu,
gedung ini dikenal sebagai gedung Nederlandsch-Indische
Artsen School (NIAS) atau Sekolah Dokter Hindia Belanda. Huib Akihary dalam
bukunya, Architectuur & Stedebouw in
Indonesie 1870/1970 (De Walburg Pers, Zutphen, 1990) menerangkan, bahwa gedung
NIAS ini dirancang oleh Ir. F.L. Wiemans dari Landsgebouwendienst yang pembangunannya dikerjakan dari tahun 1920
dan selesai pada tahun 1921.
Perlu diketahui, NIAS pertama didirikan di Viaductstraat No. 47 dengan nomor telepon Z 623 (sekarang menjadi Jalan Kedungdoro No. 38 Surabaya) pada tanggal 1 Juli 1913. Tujuan didirikan NIAS ini untuk mendidik dokter-dokter yang langsung bekerja untuk melayani kesehatan masyarakat sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Nomor 365 Tahun 1913. Kemudian pada tanggal 2 Juli 1923 NIAS pindah ke gedung baru yang berada di Jalan Mayor Jenderal Prof. Dr. Moestopo No. 47 ini. Sebagai rumah sakit pendidikan, mula-mula digunakan Gavengenis Hospital Simpang kemudian Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting (CBZ). CBZ yang dikenal juga sebagai Rumah Sakit Simpang yang kini menjadi Surabaya Plaza
Pada
waktu Jepang menduduki Hindia Belanda, NIAS yang berada Di Surabaya dan STOVIA
yang berada di Batavia ditutup oleh pemerintah Jepang. Lalu, pada tahun 1943
pemerintah Jepang membuka sekolah dokter dengan nama Ika Daigaku Shika.
Setelah
kekuasaan Jepang berakhir, sekolah ini kembali mengalami beberapa pergantian
nama. Namun sejak Unair berdiri pada tahun 1954 berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 57 Tahun 1954 dan diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia
pada tanggal 10 November 1954, gedung NIAS menjadi Gedung FK Unair sampai
sekarang.
Gedung
FK yang memiliki luas bangunan 43.309 m² yang berdiri di atas lahan seluas
70.353 m²
ini berbentuk simetris segi empat. Pintu masuk utamanya ada 3 buah, besar dan
tinggi berbentuk dua pintu bukaan. Di atas pintu utama terdapat 4 jendela yang
juga terbuat dari campuran kaca dan kayu, tinggi, besar, memanjang, dan berjajar.
Atap bangunannya dibuat susun, dan di sisi kanan-kiri gedung utama terdapat
pintu gerbang berbentuk lengkung dari beton untuk masuk-keluar mobil maupun
pejalan kaki.
Menurut
catatan yang ada di Daftar Tinggalan Sejarah dan Purbakala yang telah ditetapkan
sebagai benda cagar budaya yang dilindungi UU RI Nomor 5 Tahun 1992 tentang
Benda Cagar Budaya, Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ini telah
ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya berdasarkan Peraturan Menteri Menteri
Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: PM.23/PW.007/MKP/2007 tertanggal 26 Maret
2007. *** [300615]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar