Jalan-jalan
menyusuri Kali Mas di Surabaya memberikan kesan tersendiri. Dari Jembatan Merah
ke arah utara, deretan bangunan lawas
terbentang seolah memagari Kali Mas. Mulai pergudangan, pabrik mesin, pabrik
verban, maupun kantor dagang zaman Hindia Belanda.
Setelah
itu, lanjut ke arah utara akan bertemu dengan sebuah jembatan lawas nan kuno. Jembatan tersebut bernama
Jembatan Petekan. Jembatan ini terletak di atas Kali Mas, yang secara
administatif berada di Kelurahan Perak Timur, Kecamatan Pabean Cantikan, Kota
Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Lokasi jembatan berada di perbatasan batas wilayah
Kelurahan Perak Timur dengan Kelurahan Perak Utara, yang diapit oleh dua jalan,
yaitu Jalan Jakarta.
Nama
Petekan diambil dari bahasa Jawa. Petekan artinya dipencet atau ditekan. Dulu,
jembatan ini bisa dibuka dan ditutup ketika ada kapal berukuran besar yang
lewat dari Laut Jawa menuju Jembatan Merah hingga Mojokerto. Terbuka dan
menutup kembali itulah dengan cara dipencet, yang kemudian menimbulkan tek ...
tek ... tek.
Jembatan ini dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1936 dengan biaya 133.100 gulden. Pengerjaan fisiknya diserahkan kepada N.V. Machinefabriek Bratt, perusahaan konstruksi yang berada di Surabaya. Pada awalnya, perusahaan yang didirikan pada tahu 1901 ini menangani jasa pemugaran ke pabrik-pabrik gula, manufaktur jembatan dan konstruksi baja lainnya, kemudian berubah fungsi menjadi penghasil senjata sejak pendudukan Jepang untuk memasok kebutuhan perang.
Pengerjaan
jembatan ini memakan waktu tiga tahun. Setelah berdiri dengan sempurna,
jembatan ini mulai dioperasikan untuk pertama kalinya pada 16 Desember 1939.
Pada saat itu diumumkan pula nama resmi dari jembatan ini, yaitu Ferwerdabrug.
Ferwerdabrug berasal dari gabungan dua
kata, yaitu Ferwerda dan Brug. Ferwerda merupakan nama dari seorang panglima perang AL Hindia
Belanda yang berjasa dalam membuka akses dari Ujung (saat PT. PAL) menuju
pangkalan udara Morokembangan (sekarang dikenal dengan Kodikal). Nama lengkap
panglima perang tersebut adalah Laksamana Hendrikus Ferwerda (1885-1942).
Sedangkan, brug berasal dari bahasa
Belanda yang artinya jembatan. Jadi, Ferwerdabrug
sejatinya adalah sebuah bangunan jembatan di mana pada jembatan tersebut
diabadikan nama seorang Laksamana Hendrikus Ferwerda, karena sebelum ada
jembatan ini pasukan marinir yang akan ke Morokembangan dari Ujung atau
sebaliknya harus memutar lebih jauh melalui Jembatan Merah.
Seiring
dengan adanya pendangkalan di Kali Mas, Jembatan Petekan yang merupakan ophaalbrug (jembatan angkat) sehingga
lama-kelamaan tidak bisa berfungsi lagi sebagai mana awalnya. Hal seperti ini
juga dialami oleh Jembatan Kota Intan (Het
Middelpunt Brug) yang berada di Kota Jakarta.
Kendati
sudah tidak berfungsi lagi sebagai jembatan angkat, dan usianya yang memasuki
uzur, seyogyanya jembatan ini tetap dipertahankan kelestariannya (in situ). Hal ini sesuai dengan Surat
Keputusan Wali Kota Surabaya Nomor 188.45/004/402.1.04/1998 dengan nomor 47
yang telah menetapkan Jembatan Petekan sebagai bangunan cagar budaya.
Konstruksi jembatan peninggalan kolonial ini sebagai penunjang kawasan Kota
Lama. *** [170116]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar