Baris merupakan tari kepahlawanan yang melukiskan ksatria besar. Tari yang dilakukan oleh penari pria segala usia ini melukiskan keberanian dan kedigdayaan melalui gerakan yang tegas, menghentak, dan bertenaga. Nama tari berasal dari kata bebarisan “barisan” dan muncul dalam Kidung Sunda, sebuah puisi Jawa Timur semi-sejarah tahun 1550 M. Baris merupakan semacam pasukan raja-raja Bali untuk melindungi kerajaan mereka.
Dewasa ini ada dua jenis baris yang dilestarikan orang Bali. Baris tunggal merupakan tari tunggal yang dinamis, ditandai gerak yang cepat dan patah-patah dengan ungkapan wajah yang hidup. Baris gede merupakan bebali yang biasanya dipentaskan dalam bentuk dua baris dengan gerak agak statis namun anggun. Keduanya diiringi gamelan bernada delapan yang disebut gilak.
Busana baris ditandai oleh penutup kepala bentuk kerucut penuh dedaunan berkilauan terbuat dari logam putih atau cangkang kerang, memakai angkin (sabuk) berlapis-lapis (awiran) dililitkan dari dada menutupi tubuh. Tiap penari memakai pakaian berbeda warna dan sebilah keris.
Berbeda dengan baris sekuler yang didapati di mana-mana, baris gede upacara hanya dijumpai di desa tertentu. Di wilayah pegunungan Bali Utara terdapat tidak kurang dari 20 jenis yang biasanya dibedakan dari senjata yang digunakan dan benda yang dibawa penari. ***
Berbeda dengan baris sekuler yang didapati di mana-mana, baris gede upacara hanya dijumpai di desa tertentu. Di wilayah pegunungan Bali Utara terdapat tidak kurang dari 20 jenis yang biasanya dibedakan dari senjata yang digunakan dan benda yang dibawa penari. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar