Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo merupakan salah satu rumah sakit lawas yang ada di Kota Surabaya. RSUD
ini menarik perhatian setiap orang yang melintas di depannya lantaran bangunan
depannya yang memiliki arsitektur peninggalan kolonial Belanda. RSUD ini
terletak di Jalan Mayor Jenderal Prof. Dr. Moestopo No. 6-8 Kelurahan
Airlangga, Kecamatan Gubeng, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Lokasi RSUD
ini terletak di depan gedung Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
RSUD
Dr. Soetomo merupakan rumah sakit yang dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Nama awal dari rumah sakit ini adalah Nieuwe
Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting (NCBZ).
Peletakan batu pertama pembangunan rumah sakit ini dilaksanakan pada 29 Oktober
1938 di daerah yang pada waktu itu dikenal dengan Desa Karangmenjangan.
Kontraktor yang dipercaya untuk menangani pembangunan rumah sakit ini adalah NV Nedam (Nederlandsche Aannemings Maatschappij). Pengerjaannya memakan waktu
satu tahun dan menelan biaya 1.900.000 gulden.
Pada
1943 ketika Jepang menduduki Surabaya, pembangunan rumah sakit Karangmenjangan
ini dilanjutkan kembali dan setelah selesai diganti menjadi Rumah Sakit
Angkatan Darat (RS AD). Hal ini bertujuan untuk melayani masalah kesehatan pada
Tentara Dai Nippon (pasukan Jepang)
yang berada di Surabaya.
Pada
1945 rumah sakit ini berhasil dikuasai kembali oleh Belanda, yang kemudian
namanya diubah menjadi Marine Hospitaal
(RS AL Belanda). Tidak berapa lama, rumah sakit ini menjadi Rumah Sakit Oemoem
(RSO) Soerabaja.
RSO Soerabaja yang berada di bawah Departemen Kesehatan RI ini, pada tahun 1950 berganti nama menjadi Rumah Sakit Umum (RSU) Pusat. Seiring itu pula, secara bertahap Rumah Sakit Simpang yang berada di Jalan Pemuda dipindahkan ke rumah sakit di Karangmenjangan.
Lalu,
berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Kesehatan (Menkes) RI Nomor
26769/KAB/76 tanggal 20 Mei 1964 RSUP Surabaya berubah nama menjadi RS Dr.
Soetomo. Setahun kemudian, berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 4 Tahun
1965 penyelenggaraan RS Dr. Soetomo diserahkan kepada Pemerintah Daerah (Pemda)
Tingkat I Jawa Timur.
Pada
1979 keluar SK Menkes lagi yang menetapkan RS Dr. Soetomo sebagai Rumah Sakit
Klas A, dan dikenal sebagai Rumah Sakit Pelayanan, Pendidikan dan Penelitian;
Rumah Sakit Pusat Rujukan Wilayah Indonesia Timur (Top Referal); dan rumah sakit terbesar di Wilayah Indonesia Bagian
Timur.
Pada
1980 semua kegiatan pelayanan kesehatan yang ada di RS Simpang dijadikan satu
di RS Dr. Soetomo karena RS Simpang dijual (sekarang menjadi Delta
Plaza/Surabaya Plaza). Kemudian pada 2002 keluar Peraturan Daerah (Perda)
Provinsi Jawa Timur yang menetapkan perubahan nama RS Dr. Soetomo menjadi RSUD
Dr. Soetomo.
Seperti
rumah sakit lainnya, RSUD ini juga
senantiasa berbenah mengikuti perkembangan zaman. Fasilitas selalu disesuaikan
dengan kebutuhan. Di sebelah selatan kompleks rumah sakit ini, didirikan
bangunan baru yang menjulang bernama Graha Amerta. Total kapasitas tempat
tidurnya lebih dari seribu kamar.
RSUD
Dr. Soetomo yang berdiri di atas tanah dengan luas 163.875 m²
ini, kini menjadi salah satu rumah sakit milik pemerintah yang cukup disegani
di tanah air. Keberhasilan demi keberhasilan dalam bidang kesehatan yang telah
ditorehkannya merupakan suatu pembuktian bahwa rumah sakit ini patut menjadi
salah satu rumah sakit rujukan di tanah air, terutama untuk wilayah Indonesia
Bagian Timur. Kehebatan para dokter dan tenaga kesehatan yang bekerja di rumah
sakit ini tidak perlu diragukan lagi kemampuan mereka.
Walaupun
telah banyak tumbuh dan berkembang rumah sakit swasta baik yang ada di Surabaya
maupun yang ada di beberapa tempat di tanah air, rumah sakit ini tetap
dihormati dan disegani. Bagaimana tidak, dari rumah sakit ini telah lahir
begitu banyak dokter berbobot. Mereka memulai karir dari rumah sakit yang cukup
besar dan megah ini. Inilah rumah sakit terbesar dan menjadi rumah sakit pusat
rujukan wilayah timur Indonesia.
Apresiasi
positif pun bermunculan seiring prestasi yang dicapai oleh RSUD Dr. Soetomo.
Yang tak kalah pentingnya, bukan hanya prestasi dari rumah sakit itu saja yang
perlu diapresiasi tapi juga keinginan rumah sakit tersebut yang masih berkenan
mempertahankan bangunan lawasnya (heritage building). Dengan model
bangunan kuno, rumah sakit ini juga sangat menarik sebagai salah satu sumber
pengetahuan tentang arsitektur. Bangunan berlantai dua ini memiliki pintu utama
yang khas. Tampak atapnya memiliki menara kecil seperti atap bangunan yang ada
pada gereja.
Bangunan
zaman Hindia Belanda itu terkenal dengan kekuatan rangkanya. Ketebalan
temboknya, dan kemegahan bentuknya. Bagi yang senang dengan arsitektur,
bangunan rumah sakit ini pasti sangat menarik. Apalagi kini ada bangunan baru
yang dilengkapi dengan ruang terbuka hijau yang cukup indah. Pepohonan yang ada
di rumah sakit ini masih terjaga. Angin yang berhembus dengan lembut membuat
suasana menjadi lebih segar.
Semua
keindahan dan kemegahan gedung dengan arsitektur kolonial itu memberikan efek
yang baik bagi semua pasien yang menginap. Efek yang baik ini tentu saja akan
membuat waktu inap mereka berkurang. Itu artinya mereka cepat sehat dan cepat
pulang serta berkumpul kembali dengan keluarga. Tidak bisa dipungkiri bahwa
rumah sakit yang tidak seperti rumah sakit akan memberikan nuansa lain. Rumah
sakit dengan konsep penggabungan antara kesehatan dan rekreasi tidak akan
membuat orang stres. *** [290615]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar