The Story of Indonesian Heritage

Gereja Katolik Santo Antonius Purbayan

Gereja Katolik Santo Antonius Purbayan terletak di Jalan Arifin No. 1 Solo atau bersebelahan dengan Balai Kota Surakarta.
Gereja ini merupakan salah satu dari sekian banyak arsitektur peninggalan kolonial Belanda di Solo. Sembilan tahun sebelum gereja ini didirikan tahun 1916, sudah ada aktivitas gereja di Purbayan yang merupakan cikal bakal berdirinya gereja ini. Awalnya gereja ini merupakan Stasi Gereja Gedangan Semarang.
Dalam fakta sejarah, gereja ini merupakan saksi salah satu peninggalan arsitektur kolonial dari masa ke masa di Kota Solo, di mana denyut nadi kehidupan baik politik, ekonomi, budaya, maupun agama bermuara di sekitar lanskap itu. Di lokasi ini terdapat Benteng Vastenburg, Bank Indonesia (Javasche Bank), Balai Kota Surakarta (Kantor Gubernur Jenderal), dan Pasar Gedhe Hardjonagoro.


Sebelum tahun 1859 Gereja Katolik Surakarta dilayani langsung dari Semarang. Orang Surakarta pertama yang dibaptis adalah Anna Catharina Weynschenk (14 November 1812) dan Georgius Weynschenk (24 November 1813). Pada hari itu ada 59 orang dibaptis. Kemudian pada tahun 1859 stasi Ambarawa didirikan, meliputi daerah Salatiga, Ambarawa, Surakarta, dan Madiun. Pada waktu itu stasi Ambarawa berada di bawah pimpinan Pastor Yohanes F.V.D. Haegen, dengan jumlah umat 1787 orang (1206 di antaranya adalah tentara).
Tanggal 29 Oktober 1905 Pastor Cornelis Stiphout SJ dari Pastoran Ambarawa, mendapat ijin mengadakan undian untuk mendirikan Gereja di kota Solo. Usaha ini berhasil. Dalam kondisi darurat, karena gereja belum selesai di bangun, Misa yang pertama kali diadakan di Pastoran pada tanggal 22 Desember 1907.
Akhirnya, pada November 1916 Gereja Katolik Santo Antonius Purbayan berdiri di Surakarta dengan surat pengangkatan tahun 1918, dan diberkati. Pastor C. Stiphout SJ diangkat sebagai Pastor Paroki yang pertama di Gereja Katolik Santo Antonius semakin berkembang dan mulai mencoba menekuni bidang pendidikan. Melalui pejuangan keras Pastor Fransiscus Xaverius Strater SJ dalam usaha untuk mendapatkan tempat dan perijinan dari pamong praja setempat saat itu, akhirnya berhasil pada tahun 1921 sekolah Hollandsch-Inlandsche School (HIS) berhasil didirikan. Pada waktu itu juga Bapak Soemadisastro diangkat menjadi Kepala Sekolah.
Gereja ini masih terlihat dengan megah sebagai bangunan peninggalan Belanda. Meski umur  gereja ini terhitung hampir satu abad, bangunan tersebut masih tampak kokoh dengan balutan cat berwarna putih. Selain itu, bangunan yang memiliki gaya arsitektur khas juga dipenuhi dengan ornamen jendela kaca yang masih terlihat bagus meskipun telah termakan usia.
Bangunan ini terdiri dari beberapa bagian. Gereja, pastoran dan satu bangunan lagi khas gereja Katolik yaitu bangunan yang menjulang tinggi melebihi tinggi bangunan gereja, yaitu bangunan yang di dalamnya terdapat lonceng (anjungan kapel).
Kemudian di puncak paling atas bangunan tersebut tentu saja ada simbol salib. Gereja peninggalan dari Belanda ini dibangun sejak November 1916. Akan tetapi lebih dari setengah abad sebelumnya gereja ini sudah menjadi stasi (Pusat kegiatan pelayanan rohani yang letaknya jauh dari paroki). Perkembangannya dimulai pada abad 18, ketika pada waktu Misionaris Belanda menyebarkan agama Katolik, tak terkecuali di Solo.
Keberadaan dari Gereja Purbayan ini pun menjadi saksi bisu dari sejarah Kota Solo. Tengoklah bagaimana perjuangan di masa penjajahan Jepang pada tahun 1940 an. Pada tanggal 24 Desember 1949, gereja ini menjadi tempat pembabtisan pahlawan nasional Brigadir Jenderal Ignatius Slamet Riyadi. Berdasarkan perjalanan historisnya, Gereja Katolik Santo Antonius Purbayan merupakan salah satu bangunan pusaka yang menjadi cagar budaya di Kota Solo, sehingga sudah sepantasnyalah gereja menjadi bagian dari heritage masyarakat Kota Solo. *** [300614]


Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami