The Story of Indonesian Heritage

  • Istana Ali Marhum Kantor

    Kampung Ladi,Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat)

  • Gudang Mesiu Pulau Penyengat

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Benteng Bukit Kursi

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Kompleks Makam Raja Abdurrahman

    Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

  • Mesjid Raya Sultan Riau

    Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau [Pulau Penyengat]

Tampilkan postingan dengan label museum di Kota Solo. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label museum di Kota Solo. Tampilkan semua postingan

Museum Samanhoedi

Museum Samanhoedi pada awalnya adalah sebuah rumah produksi batik yang berada di daerah Laweyan, Solo. Lokasi Museum Samanhoedi di Jalan Tiga Negeri Laweyan. Tempat itu adalah bekas sebuah gudang batik. Berdirinya museum diharapkan akan membantu para wisatawan yang berkunjung di Kampoeng Batik Laweyan mengetahui perjuangan Samanhoedi dan sejarah kampung tersebut. Di museum ini dipajang gambar, foto, dan dokumen tentang revolusi batik, politik, pendirian Serikat Islam, peran pemerintah kolonial terhadap Serikat Islam, Samanhoedi dan Serikat Islam, serta Samanhoedi pada masa tua. Tidak jauh dari museum terdapat rumah pemberian mantan Presiden Republik Indonesia pertama, Soekarno, kepada keluarga Samanhoedi, pada 17 Agustus 1962. Rumah tersebut kini dihuni cucu Samanhoedi.


Sejarah dan peran Haji Samanhoedi dalam konteks panggung pergerakan nasional dengan setting kampung Laweyan dan perdagangan batik inilah yang menggugah pendiri Yayasan Warna Warni Krisnina untuk mengabadikannya dalam bentuk museum di Laweyan, Solo. Museum yang menempati bekas gudang batik ini diresmikan pada hari Jumat, 22 Agustus 2008 oleh Wali Kota Surakarta Ir Joko Widodo.


Pendirian museum ini diilhami dan dilatarbelakangi oleh buku karya ahli Indonesia dari Jepang, Prof Takashi Shiraishi “Zaman Bergerak: radikalisme rakyat Jawa 1912-1926” (aslinya berjudul “An Age in Motion: Popular Radicalism in Java 1912-1926").
Pada buku ini Takashi menceritakan peran batik Laweyan dan sejarah Sarikat Islam di mana Haji Samanhoedi menjadi sentral perhatian.


Museum ini tidak terlalu besar, tetapi cukup lengkap memuat segala hal tentang Haji Samanhoedi, terutama kisah dan perjuangannya hingga masa tua dan berbagai informasi serta dokumen penting sekitar setting Kota Solo, tokoh-tokoh perjuangan Sarikat Islam dan sebagainya.


Namun, karena masa kontraknya habis dan terlambat diperpanjang akhirnya terpaksa dipindahkan.  Pemerintah Kota Solo sangat mengapresiasi langkah Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sondakan yang berinisiatif membuka kembali museum ini. Akhirnya, pada hari Jumat, 18 Mei 2012 diresmikan ulang.
Museum yang kini dikelola oleh Pokdarwis Kelurahan Sondakan, menempati Balai Samanhoedi yang berada di lingkungan Kantor Kelurahan Sondakan, Solo. Museum ini diharapkan menjadi sarana bagi masyarakat untuk mengenal lebih jauh sosok pendiri Serikat Dagang Islam itu. *** [180512]
Share:

Museum Suaka Budaya Kraton Surakarta

Museum Suaka Budaya Kraton Surakarta terletak dalam satu kompleks dengan bangunan Kraton Surakarta, tepatnya di sebelah gedung Sidikara. Secara administratif, Museum Suaka Budaya Kraton Surakarta terletak di Kelurahan Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah.


Bangunan museum ini terdiri dari dua blok, yaitu bangunan sebelah barat dan timur. Pada zaman pemerintahan Paku Buwono X, gedung ini dipakai sebagai perkantoran dan memiliki ruangan yang banyak.
Ruangan yang banyak ini sekarang dimanfaatkan sebagai ruangan untuk memamerkan koleksi benda yang dimiliki oleh Kraton Surakarta. Ruang Pamer tersebut terdiri atas:

RUANG 1 : GAMBAR-GAMBAR (FOTO) RAJA DAN UKIRAN KURSI RAJA
Di ruangan ini dipamerkan sejumlah gambar Raja Surakarta, yaitu Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Paku Buwono dan beberapa kursi ukir semasa zaman Paku Buwono (PB) IV (1788 – 1820) serta almari ukir lainnya.

RUANG 2 : ARCA
Dalam almari kaca dipamerkan bermacam-macam benda dan arca perunggu, antara lain Buddha, Buddha Avalokiteswara, dan alat-alat upacara agama.
Di dalam ruangan ini juga terdapat arca batu dari zaman purbakala, yaitu: arca Dewa Kuvera, Dewi Durga, Dewi Tara dan Dewa Çiwa Mahaguru.


RUANG 3 : PATUNG KUDA
Di ruangan ini, pengunjung bisa melihat kuda dari kayu lengkap dengan pakaiannya, untuk dinaiki pengantin laki-laki kerajaan.


RUANG 4 : PENGANTIN KRATON
Di dalam ruangan ini, pengunjung bisa melihat adegan pengantin perempuan dan laki-laki duduk bersila di depan krobongan diapit oleh dua orang patah sakembaran. Satu joli besar berisi sebuah tempat pakaian ukir-ukiran, dibuat pada zaman PB X.
Sedangkan dalam relief, pengunjung bisa menyaksikan adegan prosesi upacara adat pernikahan Kraton Surakarta.


RUANG 5 : KESENIAN RAKYAT
Di ruangan ini dipertontonkan beberapa adegan kesenian rakyat, seperti: pagelaran wayang kulit maupun klenengan.


RUANG 6 : TOPENG
Di ruangan ini dipamerkan beraneka macam topeng. Topeng ini dipergunakan khusus dalam tarian topeng. Ceritanya mengambil dari cerita Panji Inukertapati Asmarabangun, Dewi Galuh Ajeng, Dewi Galuh Candrakirana, Klana, dan sebagainya.

RUANG 7 : ALAT UPACARA
Di ruangan ini dipamerkan berbagai benda alat upacara, antara lain: bokor,kendi, tampan, sumbul, kecohan serta perhiasan.
Di tengah ruangan ada sebuah paying bersusun tiga untuk upacara khitanan PB IV.

RUANG 8 : TANDU
Di dalam ruangan ini dipamerkan sejumlah koleksi tandu, kremun, untuk memikul Putri Raja/Penari Srimpi.

RUANG 9 : KERETA RAJA
Di ruangan ini dipamerkan koleksi sejumlah kereta, seperti: Kereta Kyai Garuda, Kereta Kyai Garuda Putra dan Kereta Kyai Morosebo.
Kereta Kyai Garuda, dari zaman PB II di Kartasura tahun 1726, persembahan VOC. Kereta Kyai Garuda Putra juga merupakan kereta kerajaan yang dipakai pada zaman PB VII sampai PB X untuk menjemput tamu agung. Sedangkan Kereta Kyai Morosebo merupakan kereta kerajaan yang dipakai oleh PB III (1770).

RUANG 10 : KUDA UNTUK BERBURU
Pada dinding ruangan ini terdapat lukisan relief pertemuan PB VI dengan Pangeran Diponegoro pada waktu Perang Jawa (1823 – 1830). Selain itu ada juga relief pengadilan pada zaman kuno berupa pepe (berjemur).

RUANG 11 : SENJATA
Di dalam ruangan ini dipamerkan  sejumlah senjata kuno, antara lain: bedil, pistol, pedang, perisai, keris, panah, dan pelana kuda.

RUANG 12 : KYAI ROJOMOLO
Di ruangan ini terdapat patung kayu Kyai Rojomolo berupa patung kepala raksasa untuk hiasan perahu pada zaman PB IV.
Kyai Rojomolo tersebut ada dua buah. Yang satu tersimpan di Museum Radyapustaka Surakarta.
Selain itu, di ruangan ini juga dipamerkan maket rumah Jawa gaya limasan, gaya kampong, dan lain-lain.

RUANG 13 : ALAT PERLENGKAPAN RUMAH DAN DAPUR
Di ruangan ini dipamerkan sejumlah keramik dan porselin kuno yang dahulu menjadi perlengkapan rumah tangga dan dapur. Juga terdapat alat untuk memasak nasi untuk keperluan perang. *** [250412]

Share:

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami