Masjid
Al Wustho Mangkunegaran yang terletak di Jl. Kartini, Banjarsari, Surakarta,
didirikan oleh Sri Paduka Pangeran Adipati Ario Mangkunegoro VII pada tahun
1878 dan selesai pada tahun 1918. Pengelolaan masjid dipercayakan kepada para
pengurus yang diangkat menjadi Abdi dalem Istana Mangkunegaran, sejak zaman
penjajahan Belanda beralih ke penjajahan Jepang berjalan sebagaimana mestinya
sebagai Masjid Keraton.
Adapun
perubahan situasi kenegaraan dengan diproklamasikan Kemerdekaan Indonesia,
membawa perubahan-perubahan pula terhadap status masjid. Pengelolaannya
diserahkan kepada kementerian Agama dengan suratnya nomor: Pem.50/2/7
tertanggal 12 April 1952, dan putusan Menteri Dalam Negeri nomor: E/23/6/7
tertanggal 14 September 1948.
Dalam keputusan Menteri Agama tahun 1962 disebutkan, bahwa Masjid Al Wustho Mangkunegaran adalah masjid yang diurus dan dipelihara Departemen Agama dengan mengikutsertakan eksponen-eksponen masyarakat.
Sebagai
pelaksanaan Keputusan Menteri Agama tersebut maka biaya-biaya pengeluaran
dibebankan pada anggaran Departemen Agama. Akan tetapi dengan surat Dit. Ura.
Islam tanggal 20 Desember 1974 nomor: 117/BKMP/1974, bantuan rutin dari
Departemen Agama khusus untuk empat masjid di Kotamadya Surakarta dihentikan
sejak tahun 1972/1973.
Untuk mencukupi kebutuhan masjid, pengurus harus mencari dana sendiri dengan sekuat tenaga, sementara itu dana diperoleh dari kotak amal jama’ah yang dibuka di masjid tiap-tiap sehabis shalat Jum’at, dan dana infaq, shadaqah, dan bantuan-bantuan dari masyarakat secara insidentil.
Bangunan Masjid dan
sekitarnya
Luas kompleks Masjid Al Wustho Mangkunegaran Surakarta
seluruhnya ada 4200 m², dipisahkan dari daerah sekitarnya dengan pagar tembok
keliling. Bagian belakang setinggi 3 m, bagian depan dengan bentuk lengkung
setinggi 3 m. Gapura depan dihiasi dengan relief tulisan Arab.
Adapun rincian detailnya adalah sebagai berikut:
Bangunan Dalam Masjid
Serambi
Ruangan Serambi berukuran panjang 22 m, lebar 11 m dengan
tiang sebanyak 18 buah, di bagian utara timur diletakkan sebuah bedug dan sebuah kentongan.
Di depan serambi dibangun bangunan markis dengan ukuran
panjang 5 m, dengan lengkung lengkungan tembok lebar juga 5 m, yang diberi
hiasan relief Arab.
Bedug yang berada di
serambi diberi nama Kyai Danaswara, sedang kentongan
yang dulu kecil diganti dengan yang cukup besar, tetapi tidak diberi nama.
Ruang Shalat Utama
Ruang utama untuk shalat berukuran panjang 24 m, dan lebar 22
m, dalam ruang ini ada 4 tiang (saka guru)
yang bagian atasnya dihias dengan tulisan Arab, di samping itu ada saka penyangga bantu sebanyak 12 buah.
Mimbar ukiran untuk berkhotbah diletakkan di dekat mihrab. Di pojok ruangan sebelah selatan
timur dibuat sebuah ruangan untuk menyimpan alat-alat pengeras suara yang
dipakai setiap akan mulai shalat rawatib, dan shalat Jum’at.
Pawastren
Dahulu sebelum dibangun pawastren tambahan, ada sekat sebagai pemisah tempat shalat untuk wanita. Setelah dibangun tambahan ruangan yang menempel di bagian selatan ruangan utama maka sekat diambil.
Pawastren
Dahulu sebelum dibangun pawastren tambahan, ada sekat sebagai pemisah tempat shalat untuk wanita. Setelah dibangun tambahan ruangan yang menempel di bagian selatan ruangan utama maka sekat diambil.
Pawastren ini berukuran panjang 10 m dan lebar 7 m. Di dalam
ruangan pawastren, ada sebuah ruang
gudang serta fasilitas kolah untuk
berwudlu wanita dibangun di sebelah timur pawastren.
Maligin
Terpisah sedikit dengan pawastren, ada bangunan kecil bundar.
Dahulu tempat ini untuk melaksanakan khitanan/sunatan. Anak yang akan dikhitan
di syahadad dulu di serambi masjid.
Setelah itu pelaksanaan khitan di ruang kecil tadi yang konon disebut dengan
sebutan maligin.
Bangunan Di Halaman Masjid
Tembok Keliling Halaman
Sebagai pembatas antara
masjid dengan daerah sekitarnya dibuat tembok yang mengelilingi masjid. Adapun
ukuran tembok keliling adalah 260 m, dengan perincian sisi timur 60 m, sisi
barat 69 m, sisi utara 70 m, sisi selatan 70 m.
Pagar tembok di sebelah
barat/belakang, dibuat rata sedangkan di bagian depan/sisi timur dan sisi
selatan serta sisi utara, sebagian dibangun dengan hiasan lengkung.
Gapuran depan bagian
luar dan dalamnya dihiasi dengan relief Arab.
Pintu Gerbang Timur
Bentuk lengkungan
tinggi dengan hiasan tulisan Arab yang berbunyi: “Al-Islamu ya’lu wala yu’la ‘alaih” serta “Asyhadu alla ilaaha illallah, wa asyhadu anna muhammadar rasuulullah”.
Sedang di bagian belakang juga diberi relief Arab.
Pintu Gerbang Utara
Pintu gerbang utara disediakan untuk masuk masjid bagi orang
kampung sekitar masjid sebagai jalan pintas, dengan ukuran lebar 2 m dan tinggi
3 m.
Markis
Sebelah depan serambi
dibuat bangunan tambahan yang disebut markis, dengan ukuran panjang 5 m dan
lebar 5 m. Bagian depan dan kiri kanan dihias dengan relief Arab pula yang
banyak mengandung makna.
Kantor Pengurus Masjid
Terletak di utara masjid
dengan ukuran panjang 9 m dan lebar 6 m. Di kantor ini pula ditempatkan
perpustakaan masjid untuk menambah ilmu pengetahuan bagi umat.
Menara
Di depan Kantor Pengurus Masjid didirikan dengan tegak sebuah menara berukuran tinggi 25 m dengan diameter 2 m. Dahulu menara ini dipergunakan untuk para muadzin yang akan menyuarakan adzan. Sesudah masuk waktu shalat, muadzin segera naik melalui tangga. namun dengan kemajuan zaman yang semakin canggih sekarang ini maka muadzin tidak perlu naik ke atas, cukup dipasang pengeras suara. Menara ini dibangun pada tahun 1926. *** [221211]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar