The Story of Indonesian Heritage

Gamelan dan Maknanya

Ketika Sunan Kalijaga mendapat tugas dari Sunan Gunung Jati untuk menyebarkan agama Islam, ia mencari cara yang tepat untuk menarik massa sebanyak-banyaknya. Akhirnya, Sunan Kalijaga ingin mengadakan pagelaran wayang kulit.
Namun, jauh sebelum mengadakan pagelaran wayang kulit, Sunan Kalijaga harus membuat wayang kulit itu dan sejumlah gamelan. Dalam mewujudkannya, Sunan Kalijaga pada awalnya dibantu oleh dua orang, yaitu Pangeran Kejaksaan dan Pangeran Kajoran. Pangeran Kejaksaan membantu dalam menyempurnakan wayang kulit beserta karakternya, sedangkan Pangeran Kajoran membantu dalam pembuatan gamelan untuk mengiringi wayang kulit, yang kelak disempurnakan oleh Sunan Bonang.
Kehadiran Sunan Bonang kala itu, sudah barang tentu membuat kemajuan bagi kelompok wayang kulit pimpinan Sunan Kalijaga. Suara gamelan itu terdengar semakin enak dan begitu meresap di hati. Bagi Sunan Bonang sendiri tidak mengalami kesulitan dalam melatih para nayaga yang berjumlah lima orang itu. Ketika ada salah seorang nayaga yang jatuh sakit, Sunan Bonang langsung menggantikannya. Dengan ikut sertanya Sunan Bonang menjadi nayaga, latihan pun tampak semakin bersemangat.
Zaman dahulu jumlah nayaga memang ada lima orang sebab jumlah gamelan yang dibuat Pangeran Kajoran ada lima macam. Kelima gamelan tersebut antara lain:
1.       Kendang
Kendang berarti kedah tandang (harus maju). Maknanya, umat Islam harus maju. Maju pikirannya, maju ilmunya, dan harus mampu menjadi pimpinan. Apakah pemimpin bangsa, pemimpin daerah, pemimpin perusahaan, pemimpin sekolah, pemimpin pesantren, dan pemimpin-pemimpin lainnya. Sebagai pimpinan sudah barang tentu harus memiliki sifat-sifat, jujur, adil, terbuka, berwibawa, tegas, dan selalu memperhatikan keadaan yang dipimpinnya.

2.       Ketuk
Ketuk berarti kedah tuku (harus beli). Maknanya, orang-orang yang ingin menonton pertunjukan wayang kulit zaman dahulu harus membeli. Bukan membeli karcis masuk, tetapi yang dibeli adalah iman dan Islam. Alat bayarnya adalah dua kalimat syahadat. Ringkasnya, pada zaman wali, orang yang ingin menonton wayang harus mengucapkan syahadat dahulu di depan Sunan Kalijaga atau para wali lainnya.

3.       Kemong
Kemong berarti kedah momong (harus bisa mengasuh). Maknanya, umat Islam yang berilmu harus bisa mengasuh orang lain yang belum mengerti apa-apa supaya menjadi mengerti. Caranya dengan memberikan bimbingan, arahan, dan dorongan. Dengan cara itu diharapkan, agar mereka bisa menjadi umat beragama yang patuh.

4.       Kening
Kening berarti kedah ningali (harus melihat. Maknanya, bila ada pagelaran wayang kulit seluruh masyarakat harus melihat sebab pagelaran wayang kulit di zaman wali itu bukan alat hiburan semata. Lebih penting dari itu adalah sebagai alat untuk menyebarkan agama Islam.

5.       Gong
Gong kalau dipukuli bunyinya, “Gerr …” Bunyi suaranya berat dan panjang bergelombang. Musik apa pun bila tanpa gong atau bas tidak enak didengar. Menurut masyarakat Cirebon, bunyi ger tersebut mempunyai arti Allahu Akbar. Maknanya, kita sebagai umat Islam harus selalu ingat kepada Allah Yang Maha Pencipta. Cara yang terbaik adalah melalui salat lima waktu sebab setiap gerakan salat didahului dengan kata Allahu Akbar. Selain itu, bunyi ger … tersebut adalah bunyi terakhir setelah bunyi keempat gamelan di atas. Ini berarti bahwa pada akhirnya nanti semua umat akan kembali kepada Yang Maha Pencipta. ***

Sumber:
  • Samir Amirudin, 1999, Mitos Wayang Kulit, ______: CV. Dian Arta
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami