The Story of Indonesian Heritage

Museum Wayang

Wayang Indonesia telah diakui oleh UNESCO  (United Educational Scientific and Cultural Organization) pada tanggal 7 November 2003 di Kota Paris, dengan memproklamirkan Wayang Indonesia sebagai “Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity” di mana wayang Indonesia telah diakui sebagai karya agung budaya dunia. Secara resmi penyerahan Piagam Penghargaan UNESCO dilaksanakan pada tanggal 21 April 2004 di Paris, Perancis.


Gedung yang artistik di Jalan Pintu Besar Utara No. 27 Jakarta Barat ini dibangun tahun 1912, sebelumnya adalah tanah gereja yang dibangun pada tahun 1640 dengan nama de Oude Holandsche Kerk. Pada tahun 1732 diperbaiki dan namanya diganti menjadi de Nieuw Holandsche Kerk. Bangunan gereja ini pernah hancur total akibat gempa bumi.


Genootshap van Kunsten en Wetwnschappen yaitu lembaga yang menangani pengetahuan dan kebudayaan Indonesia membeli bangunan ini. Oleh lembaga itu, gedung tersebut diserahkan kepada Stichting Oud Batavia dan pada tanggal 22 Desember 1939 dijadikan museum dengan nama Oude Bataviasche Museum. Pada tahun 1957, gedung ini diserahkan kepada Lembaga Kebudayaan Indonesia dan pada tanggal 17 September 1962 diberikan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI yang selanjutnya diserahkan kepada Pemerintah DKI Jakarta pada tanggal 23 Juni 1968 untuk dijadikan Museum Wayang. Museum Wayang diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, pada tanggal 13 Agustus 1975 dan sejak 16 September 2003 mendapat perluasan bangunannya hibah dari H. Probosutejo.


Wayang di Indonesia terutama di Pulau Jawa mulanya merupakan produk kebudayaan keratin. Wayang yang pada awalnya dijadikan alat pemujaan leluhur maka setelah kebudayaan Hindu masuk ke Indonesia sekitar abad ke-5 Masehi mengalami pergeseran nilai. Dunia Pewayangan Indonesia mendapat pengaruh secara khas terutama dalam hal ceritera/lakon seperti ceritera Ramayana dan Mahabharata sehingga bentuk dan sajiannya semakin berubah dan luas jangkauannya dalam tampilan dan tema ceritanya. Dalam perkembangan kemudian wayang di Indonesia telah demikian mentradisi sehingga mampu bertahan di tengah-tengah masyarakat.
Para pengunjung di Museum Wayang diajak untuk mengenal berbagai karakter, sikap maupun perilaku lakon dari berbagai daerah melalui tampilan wayang yang mempunyai bobot yang lhur dan tinggi nilainya dalam budaya kita dengan menyaksikan sejumlah koleksi wayang, seperti wayang kulit, wayang golek, patung wayang, topeng wayang, wayang beber, wayang kaca, gamelan serta lukisan-lukisan wayang.


Museum Wayang menampilkan pula berbagai koleksi wayang dan boneka dari negara-negara sahabat, di antaranya Malaysia, Thailand, Suriname, Cina, Vietnam, Perancis, Rusia, Polandia, India, dan Kamboja. Bukand sekadar menjadi obyek rekreasi semata, di museum ini dapat dilakukan studi bagi para pelajar dan akademis, bahkan dapat dijadikan tempat pelatihan, pusat dokumentasi, dan penelitian pewayangan, serta dapat dijadikan media pengetahuan budaya antardaerah, dan antarbangsa. Untuk mendukung keberadaannya, di museum ini secara periodic diadakan perubahan tata pamer, pagelaran wayang dan atraksi pembuatan wayang.
Museum ini buka tiap hari dari jam 09.00 hingga 15.00 WIB, kecuali hari Senin dan Hari Besar museum ini tutup. *** [210612]
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami