The Story of Indonesian Heritage

Raden Aria Wirjaatmadja

Raden Wirjaatmadja lahir dari pasangan Raden Ngabei Dipadiwirja (Kepala Demang Prajurit Ayah) dengan seorang wanita, anak dari Mas Ngabehi Kertajaya (seorang Kliwon di Surakarta) di Adireja, ibu kota daerah Ayah, Kabupaten Banyumas pada bulan Agustus 1831. Pada usia 21 tahun, beliau sudah bekerja menjadi Juru Tulis Kontrolir Belanda di Banjarnegara, namun jabatan ini hanya dipegangnya selama 2 tahun saja. Setelah itu beliau diangkat menjadi Mantri Polisi di Bawang, Distrik Singamerta, Kabupaten Banjarnegara. Jabatan Mantri Polisi ini dipegangnya selama 9 tahun. Setelah itu pada tahun 1863, beliau diangkat menjadi Wakil Wedana Batur dengan masa jabatan selama 3 tahun.
Karir beliau meningkat lagi menjadi Wedana Definitif Batur, Kabupaten Banjarnegara, ini terjadi pada tanggal 3 Agustus 1866. Kemudian pada tanggal 14 Mei 1873 setelah 7 tahun menjadi Wedana Definitif di Batur, beliau dimutasikan ke tempat kelahirannya menjadi Wedana Adireja. Namun satu setengah tahun kemudian, beliau dimutasikan lagi ke tempat yang lebih penting, yaitu ibu kota Karesidenan Banyumas. Setelah lima tahun menjadi Wedana di ibu kota Karesidenan Banyumas ini, beliau diangkat lagi pada jabatan yang lebih tinggi yaitu Patih Purwokerto. Pengangkatan ini terjadi pada tanggal 25 Juli 1879 di kala usia beliau baru mencapai 48 tahun. Jabatan in terus dipegangnya sampai pension pada tanggal 5 Februari 1907.
Beliau pun mendapat berbagai gelar kehormatan dan tanda jasa atas ketekunan, pengabdian, dan jasa-jasanya kepada Pemerintah Hindia Belanda. Tanda jasa yang diterima antara lain adalah Bintang Gele Medallie atau Medali Emas pada tahun 1891. Sedagkan gelar yang diraih dimulai dari Rangga (1900), dan meningkat menjadi Aria (1902). Biasanya seseorang baru mendapat gelar Aria apabila sudah bekerja pada Pemerintah Hindia Belanda selama 50 tahun berturut-turut. Dengan gelarnya itu nama lengkap beliau menjadi Raden Aria Wirjaatmadja.
Selain dikenal sebagai Patih Purwokerto, Raden Aria Wirjaatmadja dikenal juga sebagai peletak dasar dan pendiri Bank di Indonesia, yang juga menjadi cikal bakal dari Bank Rakyat Indonesia (BRI). Beliaulah pribumi yang pertama kali mencetuskan gagasan untuk mendirikan bank untuk kalangan rakyat biasa, sehingga sudah sewajarnya mendapat sebutan Bapak Perkreditan Rakyat Indonesia.

Gagasa Raden Aria Wirjaatmadja mendirikan bank
Pada tahun 1894, seorang Patih Purwokerto, Raden Bei Aria Wirjaatmadja menghadiri undangan pesta khitanan dari seorang guru. Di tengah suasana pesta beliau berpikir mengapa seorang guru bisa mengadakan pesta yang begitu besar dan mewah, yang ditandai dengan hadirnya para pembesar, hidangan yang melimpah serta kesenian tayuban yang menjadi lambang kemewahan sebuah pesta masyarakat Banyumas. Menurut beliau, gaji guru kala itu tidak mungkin cukup untuk membiayai pesta tersebut.
Di tengah suasana pesta tayuban tersebut, beliau menanyakan sumber biaya pesta tersebut. Ternyata sumber dana yang digunakan berasal dari pelepas uang (rentenir) dengan bunga yang sangat tinggi, bahkan beban pelunasan utang tersebut di luar kemampuan guru itu. Raden Aria yang tergerak hatinya memberi bantuan dengan memberikan pinjaman dengan bunga yang rendah, guna melunasi hutang guru tersebut. Namun, belakangan diketahui bahwa banyak priyayi pribumi memiliki masalah yang sama dengan guru tersebut. Untuk membantu, Raden Aria mengelola uang Kas Masjid sebesar ƒ 4000 menjadi dana bantuan pinjaman dengan bunga rendah. Keadaan tersebut kemudian diketahui oleh atasan Asisten Residen, E. Sieburg, melarang penggunaan Kas Masjid selain untuk keperluan Masjid.
Atas peristiwa tersebut turunlah surat resmi untuk mendirikan Bank Perkreditan Rakyat yang pertama bagi pribumi. Pada tanggal 16 Desember 1895, Hulp-en Spaarbank der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren (Bank Bantuan dan Simpanan Milik Pegawai Pangreh Praja Berkebangsaan Pribumi) beroperasi pada pertama kali.

De Poerwokertosche Hulp, Spaar En Landbouw Credietbank
Hulp-en Spaarbank der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren disebut oleh masyarakat luas sebagai Bank Priyayi karena didirikan oleh Pangreh Praja, dan bertujuan untuk membantu para priyayi tidak jatuh pada cengkeraman pelepas uang. Pada 1898, Hulp-en Spaarbank der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren mengalami reorganisasi dan berubah nama menjadi De Poerwokertosche Hulp, Spaar En Landbouw Credietbank (Bank Bantuan, Simpanan dan Kredit Usaha Tani Purwokerto) di bawah pengawasan Asisten Residen Banyumas, W.F.D. de Wolff van Westerrode.
De Poerwokertosche Hulp, Spaar En Landbouw Credietbank diproyeksikan sebagai sentral dari bank-bank koperasi di pedesaan. Kalangan masyarakat lebih mengenalnya dengan nama Volksbank (Bank Rakyat). ***

Kepustakaan:
__________ , 1991, Museum Bank Rakyat Indonesia, Jakarta: Indonesia Image.
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami