Ismail
Marzuki merupakan penggubah lagu nasional yang produktif, menulis lebih dari
240 lagu. Lahir di Kwitang, Senen, Jakarta Pusat pada 11 Mei 1914, Marzuki
mulai berkarya pada usia 17 tahun. Sebagai anggota orkes Lief Java (Jawa yang
Tercinta), ia berkeliling Jawa hingga Malaya dalam lawatan pertunjukan. Tahun
1937, ia bergabung dengan orkes radio penjajah. Setelah kemerdekaan, hingga
akhir hayat, ia tetap menjadi anggota orkes radio Jakarta.
Ismail
Marzuki mewariskan karya sangat banyak. Salah satu lagunya, Halo-halo Bandung yang terkenal,
merupakan karya patriotik berirama mars yang ditulis ketika Bandung dijilat
lautan api pada pertempuran sengit tahun 1945. Karya lain, misalnya, Rayuan Pulau Kelapa, Aryati, Melati di Tapal
Batas, Gugur Bunga, Sepasang Mata Bola, Juwita Malam, Sabda Alam, Indonesia
Pusaka, Kalau Anggrek Berbunga, Siasat Asmara, Jauh Di mata Di hati Jangan,
dan Irian Samba. Rayuan Kelapa ditulis tahun 1944, mendapat pujian dan kekaguman
dari para penggubah lagu luar negeri.
Sebagai
penghargaan atas pengabdiannya kepada Negara dan seni, Ismail Marzuki
memperoleh kehormatan ketika tahun 1968 Pusat Kesenian Jakarta dinamai Taman
Ismail Marzuki. Patung ukuran dada dibuat untuk menghormatinya dan hingga kini
terpasang di halaman depan TIM.
Pada tahun 2004, Ismail Marzuki mendapatkan gelar sebagai Pahlawan Nasional Indonesia karena pengabdiannya pada dunia musik dan karya-karyanya yang mempesona. Komponis besar ini wafat pada 25 Mei 1958 di Kampung Bali Jakarta. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar