Berdasarkan
catatan historis yang ada, Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB)
Jemaat Immanuel Depok merupakan kelanjutan dari Jemaat Masehi Depok yang
ditetapkan sejak tanggal 28 Juni 1714, dan baru dilembagakan menjadi GPIB
Jemaat Immanuel pada tanggal 7 Desember 1955 menjadi Jemaat ke-58 di jajaran
Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat.
Setahun
kemudian, tepatnya pada tanggal 24 April 1956, terjadi pengalihan aset berupa
tanah dan gedung gereja dari Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC) kepada
Majelsi Sinode GPIB pada tanggal 24 April 1956.
Gereja
ini terletak di Jalan Pemuda No. 70
RT.02 RW.08 Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok,
Provinsi Jawa Barat, atau tepatnya berada di sebelah barat Gedung YLCC. Lokasi
ini merupakan kawasan Kota Depok Lama.
Menurut
Yano Jonathans dalam bukunya, Potret
Kehidupan Sosial & Budaya Masyarakat Depok Tempo Doeloe (2011), Gereja
ini dibangun beberapa tahun setelah kedatangan Cornelis Chastelein, seorang
keturunan Belanda berdarah ningrat Perancis, dan para budaknya – yang kelak
dimerdekakan dalam kristiani – di Depok. Sebelumnya, mereka melakukan ibadah di
sebuah kapel berukuran 23 x 8 meter di Batavia, yang telah didirikan terlebih
dulu oleh Cornelis Chastelein di dekat purinya di Jalan Kenanga Pasar Senen.
Konon, sekalipun harus berjalan selama kurang lebih 14 jam pulang pergi ke
Weltevreden di Batavia untuk beribadah di sana, para pekerja di Depok
melakukannya dengan penuh kesetiaan.
Pada mulanya, gereja di Depok ini dibangun secara sederhana, terbuat dari kayu dan bambu. Namun, akibat pelapukan yang terjadi, pada tahun 1715 dan 1792 gereja itu direnovasi. Pada tahun 1834, sebuah gempa besar yang terjadi meruntuhkan seluruh bangunan sehingga akhirnya gereja itu didirikan kembali dari batu. Banyak orang beranggapan bahwa pembangunannya kembali baru dilakukan 15 tahun setelah selesainya pembangunan Gereja Willemskerk di Batavia. Itu berarti gereja Depok baru dibangun kembali pada tahun 1854, suatu masa jeda yang cukup panjang.
Dalam
perkembangan gereja tersebut tidak ditemukan satu catatan atau prasasti pun
mengenai adanya peletakkan batu pertama pembangunan gereja yang sudah dilakukan
berulang kali itu, selain prasasti marmer yang dibuat tahun 1892. Prasasti ini
merupakan peninggalan peringatan terhadap Cornelis Chastelein sejak
ditemukannya kembali naskah surat wasiatnya.
Pada
tahun 1980, seiring dengan bertambahnya jumlah anggota jemaat, gereja ini
mengalami pemugaran kembali untuk kesekian kalinya, memperlebar sayap kiri
bangunan. Pemugaran besar-besaran atas gereja ini dilakukan pada tahun 1998,
yang mengubah sebagian besar struktur keaslian bangunan utama. Jendela-jendela
mengalami perubahan, bentuk kanopi gereja yang khas diubah, batas dinding di
sayap kiri dan kanan diperlebar sehingga menyatu dengan bangunan utama dan
hanya menyisakan sedikit untuk jalan keluar masuk. Bagian dalam gereja pun
secara keseluruhan mendapat sentuhan-sentuhan arsitektur modern. Akibatnya, ciri
keaslian bangunan lama sudah tidak terlihat lagi.
Akan
tetapi, bangunan gereja ini setidak-tidaknya telah menunjukkan kepada
masyarakat Depok bahwa di kawasan tersebut telah terjadi dinamika dalam
kehidupan masyarakatnya. *** [060514]
banyak kenangan di gereja ini dari tahun 1978-1991. dari tempat sekolah minggu dan Katekisasi
BalasHapusbanyak kenangan di gereja ini dari tahun 1978-1991. dari tempat sekolah minggu dan Katekisasi
BalasHapus