Kesempatan
mengunjungi Kota Tua Jakarta (Oude
Batavia) kembali terlaksana setelah empat tahun berjalan. Kali ini tampak
banyak perubahan. Bangunan-bangunan lawas
yang dulunya rusak atau bahkan hampir runtuh, sekarang terlihat mengalami
renovasi. Suasana Eropa perlahan mulai tampak di lingkungan Kota Tua.
Salah
satunya yang telah mengalami renovasi adalah Kedai Seni Djakarte. Kedai seni
ini terletak di Jalan Pintu Besar Utara No. 17 Kelurahan Pinangsia, Kecamatan
Taman Sari, Kota Jakarta Barat, Provinsi DKI Jakarta. Lokasi kedai seni ini
berada di sebelah selatan Café Bang Kopi, atau di sebelah utara Café Historia.
Kedai
Seni Djakarte dulunya merupakan bagian dari kompleks bangunan kantor bernama Batavia Zee en Brand Assurantie Maatschappij.
Kantor asuransi tersebut dibangun pada tahun 1913 oleh arsitek Pieter Adriaan
Jacobus Moojen (26 Juni 1879-1 April 1955).
Ia
masuk Akademi Antwerpen di Belgia untuk memuaskan hobi menggambarnya. Pada
waktu itu, Antwerpen merupakan pusat seni Eropa pada abad ke-16 hingga abad ke
17. Di Antwerpen, Moojen juga mempelajari
ilmu arsitektur. Lulus pada 1899, ia langsung pindah ke Den Haag, Belanda
dan memulai karir sebagai seorang arsitek.
Meski
lahir dan meninggal di Belanda, Moojen besar di rantau. Ia pergi ke Hindia
Belanda pada tahun 1904. Pada masa itu, pesona negeri koloni menjanjikan masa
depan gemilang. Ini menarik perhatian banyak pemuda Belanda, termasuk di
antaranya adalah Moojen.
Bangunan Kedai Seni Djakarte ini berbentuk persegi panjang. Tampak muka yang menghadap Kali Besar dipengaruhi langgam Neo Klasik (bernama gedung Jasa Raharja), sedangkan yang menghadap Jalan Pintu Besar merupakan tipikal bangunan Eropa dengan material bata. Bangunannya terletak memanjang dari arah Jalan Kali Besar Timur (tampak muka) hingga ke Jalan Pintu Besar Utara (tampak belakang).
Dari
sumber Het Nieuws van den Dag voor
Nederlandsch-Indie, Dinsdag 28 October 1913 p. 5, dapat diketahui bahwa
lokasi Kedai Seni Djakarte saat ini adalah bekas bagian belakang kantor Batavia Zee en Brand Assurantie Maatschappij
yang dulu diperuntukkan sebagai garasi dan gudang.
Dalam perjalanannya, gedung asuransi ini pernah
mengalami beberapa ganti kepemilikan dan alih fungsi bangunan. Pada tahun 1941,
gedung ini pernah menjadi gedung Java Sea
& Fire Insurance Co. Ltd. Plakatnya masih tertempel di dinding luar, di
antara dua pintu besarnya.
Sekitar
tahun 1963 gedung ini diambil alih oleh perseorangan. Foto lawas memperlihatkan bahwa gedung tersebut berubah menjadi gedung
Bar-Bar. Hal ini diketahui dari tulisan Bar di atas pintu besar yang berada di
selatan, dan tulisan Bar yang satunya ditempatkan di atas pintu besar yang
berada di utara.
Pada
tahun 1983 gedung ini selanjutnya dijadikan kantor untuk gudang distribusi
alkohol ke apotek-apotek yang ada di Jakarta. Lalu, pada tahun 1990 gedung ini
ditinggalkan dan dibiarkan kosong lagi. Sehingga, gedung ini hampir ambruk di
mana atapnya sudah rontok.
Pada
tahun 1998 bagian dari gedung ini yang menghadap ke Kali Besar, kepemilikannya
berpindah tangan ke Jasa Raharja. Sedangkan, bagian bangunan yang menghadap ke
Museum Sejarah Jakarta pada tahun 2008 difungsikan untuk usaha tekstil.
Pada
tahun 2013 gedung ini menjadi sebuah kafe setelah memperbaiki bagian atapnya
yang rusak. Kafe ini diberi nama Kedai Seni Djakarte, dan dikelola oleh Susi
Ratnawati. Renovasi tak selesai sampai di situ, di awal 2014 kembali dilakukan
perbaikan karena ternyata saluran air rusak. Kemudian di tahun 2015, Kedai Seni
Djakarte mendapat bantuan dari UNESCO. Tujuan utama dalam pemugaran ini adalah
perbaikan kuda-kuda atap yang lapuk untuk menjamin kekokohan dan perpanjangan
umur bangunan. Selain itu juga dalam upaya untuk memperbaiki tampak bangunan
agar utuh dan sesuai dengan kondisi aslinya. Pekerjaan ini adalah proyek
percontohan pemugaran bangunan cagar budaya oleh UNESCO Jakarta, yang merupakan
bagian dari program revitalisasi Kota Tua Jakarta.
Nama
kafe ini memang terdengar agak unik. Ide membuat kedai dan galeri pun hadir
setelah pemugaran selesai. Pada awalnya, galeri menjadi ide pertama karena
suami dari pengelola kafe ini adalah seorang seniman. Tapi karena melihat
pasar, akhirnya menghidupkan terlebih dahulu sisi kedainya. Jadi, penamaan kedai seni ini sesungguhnya
lahir dari ide untuk membuat kedai dan toko seni.
Namun,
sekarang ini rencana tersebut seiring waktu sudah mulai mendekati kenyataannya.
Lantai 1 digunakan sebagai kafe yang menyediakan berbagai aneka masakan dan
minuman, dan lantai 2 pengunjung bisa melihat berbagai lukisan hasil karya
pemilik kedai ini, yang tak lain adalah suami dari pengelola kedai seni ini.
Bila
ada waktu luang, cobalah kunjungi kedai seni ini. Nikmatilah aneka hidangan
yang ada dalam menu kafe tersebut, dan sekaligus manjakanlah pandangan Anda
dengan deretan bangunan lawas yang
ada di sekitar kedai seni termasuk juga gedung yang digunakan oleh Kedai Seni
Djakarte. Anda terasa dibawa ke masa silam yang penuh ceritera, mengingat bangunan
dua lantai ini telah dimasukkan dalam Status Cagar Budaya (heritage register) Kelas A berdasarkan Peraturan Gubernur (Pergub)
atau Governor Decree Nomor 36 Tahun
2014. *** [250216]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar