The Story of Indonesian Heritage

Jembatan Brantas Malang

Setelah berhasil memotret kereta api yang melintas di atas Viaduk Buk Gluduk, saya pun melanjutkan langkah menuju ke Kampung Warna-Warni Jodipan untuk mengabadikan kereta api yang melintas di atas Jembatan Brantas. Jembatan Brantas ini merupakan jembatan rel kereta api di atas Sungai Brantas yang menghubungkan Stasiun Malang Kotabaru dengan Stasiun Malang Kotalama.
Jembatan ini terletak di Kampung Ledhok Brantas Wetan yang masuk ke dalam dua kelurahan, yaitu Kelurahan Kesatrian dan Kelurahan Jodipan, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, Provinsi Jawa Timur. Ujung jembatan sisi utara berada di Kampung Ledhok Brantas Brang Lor masuk ke dalam Kelurahan Kesatrian, dan ujung jembatan sisi selatan berada di Kampung Ledhok Brantas Brang Kidul. Lokasi ini mudah ditemukan karena sekarang masuk ke dalam Kampung Warna-Warni Tridi dan Jodipan.



Jembatan Brantas ini merupakan jembatan kedua di petak Malang Kotabaru-Malang Kotalama, yang berada di sebelah tenggara Viaduk Buk Gluduk ± 300 meter. Pembangunan jembatan ini satu paket dengan pengerjaan Viaduk Buk Gluduk, yaitu saat pengerjaan proyek jalur rel Malang-Kepanjen-Wlingi-Blitar sepanjang 74 kilometer oleh Staatsspoorwegen (SS), perusahaan kereta api milik pemerintah Hindia Belanda. Proyek jalur rel ini dikenal dengan SS Oosterlijnen-2, yang dikerjakan mulai tahun 1896 dan selesai pada tahun 1897.



Sedangkan untuk pembangunan Jembatan Brantas ini dimulai pada tahun 1986 dan selesai pada tahun itu juga. Setelah selesai, jembatan ini oleh pemerintah Hindia Belanda dikenal dengan Brantas brug te Malang, atau Brantas Bridge in Malang. Atau kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, menjadi Jembatan Brantas Malang.
Lintasan rel yang berada di Jembatan Brantas ini memiliki pondasi yang ditopang oleh pilar batu jembatan yang cukup tinggi. Ketinggiannya sekitar 43 meter. Ketinggian pilar batu ini dikarenakan menyesuaikan gradien tanah di sepanjang bantaran Sungai Brantas yang memiliki kemiringan atau kecuraman yang yang cukup dalam.
Jembatan yang umum dikenal dengan Buk Gluduk ini oleh warga sekitar juga disebut ‘dam’. Dam, dalam bahasa Belanda sebenarnya berarti bendungan. Kebetulan, di bawah jembatan terdapat bendungan kecil. Sekarang, konstruksi baja telah direnovasi dan sedikit berubah, sementara kedua tiang batu dicat warna-warni menyesuaikan dengan lingkungannya yang telah berubah menjadi Kampung Wisata Warna-Warni Tridi dan Jodipan. *** [260518]

Kepustakaan:
Raap. Olivier Johannes. (2017). Sepoer Oeap di Djawa Tempo Doeloe. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami