The Story of Indonesian Heritage

Kerkhof Tanjungpinang

Dalam perjalanan dari Agung Toyota Tanjungpinang menuju ke Pelabuhan Sri Bintan Pura, mobil Toyota Sienta yang saya tumpangi kebetulan lewat sebuah kompleks pemakaman lama yang ada di Kota Tanjungpinang. Saya pun meminta sopir berhenti sebentar di makam lawas tersebut guna untuk melihat makam dari dekat. Makam lama itu dikenal oleh masyarakat setempat sebagai Kompleks Pemakaman Belanda di Tanjungpinang.
Kompleks makam tersebut terletak di Jalan Kemboja, Kelurahan Kemboja, Kecamatan Tanjungpinang Barat, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau. Lokasi makam ini berada di depan Warung Kute Harapan Indah.

Foto: Kompleks Pemakaman Belanda di Tanjungpinang

Kompleks makam Belanda ini memang terlihat usang. Menurut masyarakat sekitar kondisi makam ini sudah lebih baik dari sebelumnya yang tampak terlantar, tertutup oleh semak belukar. Masyarakat setempat menyebut kompleks pemakaman ini dengan kerkhof. Kata kerkhof sendiri merupakan kata yang berasal dari bahasa Belanda, yang artinya kuburan. Jadi, penyebutan kerkhof itu sendiri bermakna kuburan orang-orang Belanda.
Nama resmi kompleks makam orang-orang Belanda ini adalah Nederlandse Begraafplaats te Tanjoeng Pinang (Kuburan orang Belanda di Tanjungpinang). Istilah begraafplaats mengandung makna sebagai tempat untuk memendam mayat. Arti tersebut memiliki kesamaan dengan kerkhof (kuburan). Karena istilah begraafplaats agak sulit dilafalkan oleh masyarakat setempat, maka mereka akhirnya lebih memilih istilah kerkhof.

Foto: Papan Nama Kompleks Pemakaman Belanda di Tanjungpinang

Lahan kerkhof yang berukuran 54 m x 54 m ini, diperkirakan menyimpan jasad orang-orang Belanda sekitar 120 makam. Dari banyak jasad orang Belanda yang pernah dikubur di lahan tersebut umumnya bernisan, akan tetapi sayangnya nisan-nisan tersebut umumnya sudah banyak yang tidak bisa terbaca atau rusak.
Sehingga, riwayat kuburan Belanda ini belum diketahui dengan jelas, tetapi dari inskripsi yang terdapat pada nisan-nisan makam dapat diketahui bahwa makam ini mulai digunakan mulai abad ke-19 sampai abad ke-20. Salah satu batu nisan marmer yang masih bisa dibaca adalah nisan milik Kapten Der Infanterie FH Schoemaker yang tertulis meninggal pada tanggal 1 Agustus 1882. Sedangkan, angka tahun yang termuda bertarikh 1962.
Pernah ada ahli waris dari yang dimakamkan di situ, yang sempat mengunjungi di kompleks kuburan Belanda tersebut, dan menuangkan dalam tulisan yang diupload dalam situs (http://www.mgbaltes.com/GenealogieAndijk/Genealogie.html): “Er is in onze woonplaats Tanjung Pinang nog een Nederlandse begraafplaats, maar er is weinig van over om gearchiveerd te worden! “ (Ada pemakaman Belanda di kampung kami Tanjung Pinang, tetapi tidak banyak yang tersisa untuk diarsipkan!). *** [210918]

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami