The Story of Indonesian Heritage

Candi Banyunibo

Candi Banyunibo merupakan salah satu kompleks percandian Buddha yang terletak di sebelah selatan Dusun Cepit, Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi Banyunibo dibangun di suatu dataran yang luas, yang dikelilingi oleh bukit-bukit di sebalah utara, timur dan selatan. Melihat lokasinya, memang sangat ideal untuk suatu bangunan suci.


Mengenai susunan bangunan Candi Banyunibo belum dapat diketahui secara pasti, karena belum semua bagian-bagian candinya dapat diperlihatkan. Dari bagian-bagian yang sudah tampak, dapat diketahui bahwa susunan candi ini terdiri atas satu candi induk menghadap ke barat dikelilingi oleh enam candi perwara dalam bentuk stupa-stupa.


Stupa-stupa ini disusun berderet di selatan dan timur candi induknya. Ukuran masing-masing fondasi stupa hampir sama, yaitu 4,80 x 4,80 m. Hasil penelitian sampai saat ini menunjukkan bahwa di luar deretan candi-candi perwara tersebut masih ditemukan sisa-sisa fondasi bangunan yang terbuat dari batu putih. Apakah sisa-sisa fondasi ini juga merupakan bekas bangunan candi perwara, belum dapat dipastikan.
Di sebelah utara candi induk terdapat tembok batu yang disusun membujur dari arah barat ke timur. Susunan bangunan semacam ini mengingatkan pada susunan bangunan Candi Plaosan Lor.


Kalaupun ada perbedaan, terutama sekali terletak pada jumlah candi induknya. Kompleks Candi Plaosan Lor terdiri atas dua buah candi induk yang dikelilingi oleh tiga deret candi perwara. Dua deret yang luar berupa stupa-stupa kecil, sedangkan satu deret terdalam berupa bangunan candi biasa. Di antara candi induk terdapat tembok pemisah yang disusun arah barat timur dengan sebuah pintu penghubung di tengah tembok pemisah tersebut.


Apabila susunan bangunan Candi Banyunibo sama dengan Candi Plaosan Lor, maka seharusnya di sebelah utara temboknya juga ditemukan satu candi induk lagi, tetapi belum ada bukti-bukti yang mendukungnya. Bahkan jika diperhatikan, pada tembok pagar itu tidak ditemukan adanya pintu penghubung. Dengan kenyataan ini, maka dapat diperkirakan bahwa berbeda dengan Candi Plaosan Lor yang mempunyai dua buah candi induk, Candi Banyunibo hanya memiliki satu candi induk.
Seperti halnya dengan candi-candi yang lain, candi induk Banyunibo secara vertikal dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1.       Bagian kaki candi
Kaki candi yang tingginya 2,5 m itu dibangun di atas lantai batu. Pada sisi barat kaki candi, terdapat tangga masuk. Pada masing-masing sudut kaki candid an di bagian tengah masing-masing sisi kaki candi  (kecuali sisi sebelah barat), terdapat hiasan berupa Jaladwara yang dipasang di lantai atas kaki candid an berfungsi sebagai saluran air hujan.

2.       Bagian tubuh candi
Pada sisi depan tubuh candi, terdapat penampil yang berfungsi sebagai pintu bilik candi. Di dalam tubuh candi terdapat bilik candi, yang berukuran 6,875 x 4,5 m. Pada dinding bilik candinya terdapat hiasan relung-relung. Hiasan relung tidak berupa ceruk, tetapi hanya ditunjukkan pada bingkai-bingkai relung yang dipahat lebih menonjol pada dindingnya. Berdasarkan hiasan relung inilah maka dapat diperkirakan bahwa dulu di dalam bilik candi terdapat arca.

3.       Bagian atap candi
Di atas tubuh candi, dipasang atap candi dengan ukuran tinggi 2,75 m dan sebagai puncaknya adalah stupa setinggi 3,5 m.

Berdasarkan bentuk atap candi dan bentuk candi perwara yang berupa stupa, maka latar belakang keagamaan Candi Banyunibo dapat diketahui, yaitu Buddha.
Di sisi barat candi terdapat penampil dengan tangga di tengahnya, berfungsi sebagai jalan masuk atau pintu menuju bilik candi. Pada dinding penampil sebelah kanan terdapat relief seorang wanita yang dikerumuni anak-anak, sedangkan relief di dinding kiri menggambarkan seorang pria dalam posisi duduk. Kedua relief tersebut menggambarkan Hariti, Dewi Kesuburan dalam agama Buddha dan suaminya, Vaisravana. Pada dinding bilik sisi utara, timur dan selatan terdapat relung-relung yang menonjol dan berbingkai dengan hiasan berbentuk kala makara. Relung tersebut berfungsi untuk tempat arca.
Seperti halnya candi-candi yang lain, candi Banyunibo ditemukan kembali dalam keadaan runtuh. Oleh karena itu, sejak bulan November 1940 telah diadakan penelitian dan penggalian terhadap peninggalan purbakala tersebut. Kemudian pada tahun 1943 dimulailah usaha-usaha penyusunan kembali bangunan candi, namun tahun 1962 pemugaran Candi Banyunibo terhenti. Pemugaran tahap pertama ini berhasil menyelesaikan bagian alas (subbasement), kaki candi, tubuh candi dan pelataran serta pagar candi sisi utara.
Setelah terbengkelai ± 14 tahun, maka sejak tahun 1976 pemugaran Candi Banyunibo dilanjutkan kembali. Susunan atau target dari pemugaran tahap kedua ini adalah melanjutkan pemugaran atap dan stupa puncak candi induk, yang akhirnya dapat diselesaikan pada bulan Juli 1978. *** [270412]
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami