Sejak abad IV, nama Sunda Kelapa sudah dikenal sebagai kota pelabuhan. Namun, perannya di kawasan pantai utara Jawa semakin penting pada abad IX hingga XV. Menurut naskah-naskah kuno, nama bandar ini adalah Kalapa, tetapi para pelaut Portugis menyebutnya Sunda Kelapa. Letaknya di Teluk Jakarta, terlindung oleh pulau-pulau dalam gugusan Kepulauan Seribu. Secara alamiah, keadaan ini amat menguntungkan untuk sebuah bandar. Kapal-kapal dapat berlabuh dengan tenang dan aman. Selain itu, posisinya yang berada di muara sungai amat strategis, karena dapat mempercepat hubungan pelayaran serta perdagangan antara daerah pesisir dan pedalaman.
Inilah bandar terbaik yang dimiliki Kerajaan Sunda (Hindu) Padjajaran. Sebagai pelabuhan utama yang menguasai industry hilir hingga hulu, Sunda Kelapa menjadi pusat penyalur hasil produksi dari pedalaman maupun dari bandar-bandar lainnya, dan kemudian mendistribusikannya ke luar negeri melalui jaringan perdagangan dan pelayaran internasional. Pelabuhan yang termasuk dalam jalur sutera laut ini selalu dikunjungi para pedagang dari mancanegara. Kota pelabuhannya pun dikenal tertib dan teratur. Bahkan telah memiliki pengadilan yang lengkap, berikut dengan hakim dan paniteranya.
Pada 1526, Sunda Kelapa dikuasai oleh Kerajaan Demak-Cirebon yang sebelumnya telah menduduki Banten. Pada masa itu namanya menjadi Jayakarta. Kedudukannya sebagai bandar terbesar dan terpenting perlahan-lahan mulai memudar karena digantikan oleh Banten. Secara politis maupun ekonomis, peranan bandar ini pun menjadi tenggelam, namun tetap diperhitungkan sebagai daerah penyangga Banten. Pelabuhan ini tetap disinggahi kapal yang membutuhkan bahan makanan dan air minum.
Keadaan pelabuhan ini menjadi hidup kembali saat Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) menguasai bandar ini. Setelah melihat tempat-tempat yang tepat sebagai titik temu kegiatan perdagangan di Asia, dari Koromandel sampai Cina, perusahaan dagang Belanda ini menjatuhkan pilihan ke Jayakarta. Maka pada 1619 , Jayakarta berubah menjadi Batavia. Di tempat ini kemudian dibangun pusat militer dan administrasi oleh Jan Piterszoon Coen, Gubernur Jenderal VOC. Sejak itu, Batavia menjadi kota pelabuhan yang berkembang pesat dan dihuni puluhan ribu orang dari berbagai bangsa. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar