Selain
Klenteng Tien Kok Sie atau biasa disebut Vihara Avalokiteswara yang terletak di
Pasar Gede, Solo juga memiliki vihara yang cukup tua dan memiliki sejarah yang
kental, yaitu Klenteng Poo An Kiong. Nama Poo An Kiong sendiri berarti sumber
keselamatan negara.
Klenteng
ini terletak di Jalan Yos Sudarso No.122 Solo atau tepatnya berada di
Kelurahan Jayengan, Kecamatan Serengan, Surakarta. Kelenteng Poo An Kiong
didirikan pada tahun 1881 atau pada masa pemerintah Sri Paduka Paku Buwono (PB)
IX.
Klenteng ini memiliki bentuk bangunan yang khas dengan bentuk atap genteng disertai ornamen-oranmen di atasnya. Warna merah merupakan warna yang mendominisir keseluruhan bangunan yang tampak, dan interior bangunnya juga. Struktur bangunan menggunakan kayu jati, terlihat pada kolom-kolom utama bangunan.
Ornamen
khas Cina terlihat pada atap bangunan, yaitu bentuk yang cenderung melengkung
ke atas, juga ornamen atau patung naga banyak terdapat di atap bangunan.
Bentuk
bangunan secara keseluruhan belum mengalami perubahan. Namun, bangunan ini
pernah disempurnakan oleh PB X dengan menyuruh salah seorang punggawa kraton
untuk memosisikan Poo An Kiong sebagai tempat yang harus disakralkan.
Bukti lain jika Poo An Kiong sebagai tempat yang dianggap sakral, dan penting keberadaannya adalah adanya dua pilar raksasa sebagai penyangga utama berdirinya klenteng. Karena di pilar tersebut tertera tulisan berhuruf Kanji dengan bahasa Mandarin, yang menyebutkan adanya keharmonisan antara etnis Jawa dan Tionghoa.
Seperti
tulisan sudah sejak ribuan tahun silam, para dewa melindungi tanah Jawa di
pilar sebelah kanan. Sedangkan pilar di sebelah kiri, tulisannya kurang lebih
berarti, dengan sepenuh hati kami akan melindungi keselamatan masyarakat Solo.
Pilar
itu diperkirakan ada sejak awal berdirinya klenteng. Hal itu jika ditinjau dari
serat kayu dan motifnya yang merupakan motif kayu kuno. Selain itu, Poo An Kiong
sendiri sama sekali belum mengalami pemugaran yang cukup berarti, baik secara
oranamen maupun interior. Lukisan dan ornamennya pun terbilang unik, karena
merupakan campuran gaya pesisiran, Jawa. Dan Tionghoa di sekitar abad 16 M.
Meski
merupakan tempat ibadah Tri Dharma/Sam Kouw (Budha, Konghucu, dan Tao), namun Poo An
Kiong juga merupakan kajian budaya Tionghoa. Artinya, siapa pun masyarakat
terlepas apapun keyakinan dan sukunya, boleh belajar budaya tradisi Tionghoa di
sana. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar