The Story of Indonesian Heritage

Museum Kereta Api Ambarawa

Museum Kereta Api Ambarawa terletak di Jalan Stasiun No. 1 Kelurahan Panjang, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah, atau tidak begitu jauh dari Pasar Warung Lanang Ambarawa.
Keberadaan museum ini tidak terlepas perjalanan historis stasiun yang berada di Ambarawa. Dulu, Kota Ambarawa merupakan kota tua berhawa sejuk yang pada zaman kolonial Belanda dijadikan sebagai daerah militer. Barak-barak militer banyak bermunculan di kota ini kala itu. Menjelang akhir abad ke-19, Raja Belanda ketika itu, Willem I, ingin mendirikan stasiun kereta api di kota ini guna memudahkan pasukannya menuju Semarang.
Sebagai realisasinya, maka pada 21 Mei 1873 dibangunlan Stasiun Kereta Api Ambarawa di atas tanas seluas 127.500 m². Stasiun itu kemudian dikenal dengan sebutan Stasiun Willem I.  Namun, seiring perubahan waktu, stasiun tersebut berubah menjadi Stasiun Ambarawa.


Stasiun yang berada di ketinggian 474 m di atas permukaan laut tersebut, semenjak tahun 1970-an mulai menghentikan pengoperasian jalur Ambarawa – Kedungjati – Semarang. Lalu, disusul pada awal tahun 1976, untuk jalur Ambarawa – Secang – Magelang juga ditutup pengoperasian kegiatannya.
Setelah penutupan kegiatan itu, Stasiun Kerata Api Ambarawa dijadikan Museum Kereta Api.  Peresmian museum dilaksanakan pada 8 April 1976 oleh Gubernur Jawa Tengah kala itu Supardjo Rustam bersama Kepala PJKA Eksploitasi Soeharso.
Namun, menjelang Tahun Baru 2013, museum ini tidak menerima kunjungan wisatawan untuk sementara waktu, karena di museum tersebut sedang dilakukan renovasi. Renovasi difokuskan pada tiga hal, yaitu penataan fisik kawasan museum, pembenahan fasilitas non fisik, dan pengembangan sumber daya pegawai museum. Renovasi ini sekaligus untuk menyambut Visit Jateng 2013.


Museum Kereta Api Ambarawa memiliki  koleksi sebanyak 206 aset, di antaranya terdapat 21 koleksi lokomotif kuno yang digerakkan oleh kayu bakar maupun batu bara. Dari jumlah koleksi lokomotif tersebut, hanya tinggal 3 yang masih berfungsi.
Bila museum ini sudah dibuka untuk umum lagi pasca renovasi, pengunjung bisa menikmati perjalanan kereta tersebut dalam paket kereta wisata dengan beberapa destinasi. Untuk jalur Ambarawa – Tuntang (PP) menggunakan 1 lokomotif uap + 1 gerbong kereta (CR) dipatok dengan harga 4 juta, 1 lokomotif uap + 2 gerbong kereta (CR) dipatok dengan harga 5 juta, 1 lokomotif uap + 3 gerbong kereta (CR) dipatok dengan harga 7,5 juta. Sedangkan, masih untuk rute yang sama, menggunakan 1 lokomotif diesel + 1 gerbong kereta (GW) dipatok dengan harga 2,5 juta, 1 lokomotif diesel + 2 gerbong kereta (GW) dipatok dengan harga 3 juta, dan 1 lokomotif diesel + 3 gerbong kereta (GW) dipatok dengan harga 4,5 juta.
Jalur Ambarawa – Jambu (PP) dengan menggunakan 1 lokomotif uap + 1 gerbong kereta (CR) dipatok dengan harga 4 juta, 1 lokomotif uap + 2 gerbong kereta (CSR) dipatok dengan harga 5 juta, dan 1 lokomotif uap + 3 gerbong kereta (CR) dipatok dengan harga 7 juta.
Jalur Ambarawa – Jambu – Bedono (PP) dengan menggunakan 1 lokomotif uap + 1 gerbong kereta (CR) dipatok dengan harga 6 juta, dan 1 lokomotif uap + 2 gerbong kereta (CR) dipatok dengan harga 7,5 juta.
Jalur Ambarawa – Tuntang – Jambu (PP) dengan menggunakan 1 lokomotif diesel + 1 gerbong kereta (GW) dipatok dengan harga 4 juta, 1 lokomotif diesel + 2 gerbong kereta (GW) dipatok dengan harga 5 juta, dan 1 lokomotif diesel + 3 gerbong kereta (GW) dipatok dengan harga 7,5 juta.
Selain Stasiun Kereta Api Ambarawa dijadikan museum untuk menyimpan koleksi kereta api kuno yang pernah beroperasi di Indonesia beserta aksesorisnya, juga sekaligus ditetapkan sebagai benda cagar budaya yang harus dirawat dan dijaga. *** [211112]

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami