The Story of Indonesian Heritage

Museum Balla Lompua

Museum Balla Lompua terletak di Jalan Sultan Hasanuddin No. 48 Kelurahan Sungguminasa, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan, dan didirikan pada 11 Desember 1973. Konon, museum ini merupakan istana tempat kediaman raja-raja Gowa yang dibangun pada tahun 1936 oleh Raja Gowa yang ke-31, bernama Mangngi-mangngi Daeng Matutu, dengan gaya bangunan berarsitektur khas Makassar. Balla Lompua sendiri dalam bahasa Makassar berarti rumah besar atau rumah kebesaran. Rumah kebesaran ini berbentuk rumah panggung dengan sebuah tangga setinggi lebih dari 2 m untuk masuk ke ruang teras.


Struktur bangunan museum ini terbuat dari kayu ulin (eusideroxylon zwageri), yang juga dikenal dengan sebutan kayu besi yang berat dan kuat. Bangunan ini berada dalam sebuah kompleks seluas satu hektar yang dibatasi oleh pagar tembok yang tinggi.
Bangunan museum ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu ruang utama seluas 60 x 40 m dan ruang teras (ruang penerima tamu) dengan ukuran 40 x 4,5 m. Di dalam ruang utama terdapat tiga bilik, yaitu bilik sebagai kamar pribadi raja, bilik tempat penyimpanan benda-benda bersejarah, dan bilik kerajaan. Ketiga bilik tersebut masing-masing berukuran 6 x 5 m. Bangunan museum ini juga dilengkapi dengan banyak jendela yang masing-masing memiliki ukuran 0,5 x 0,5 m.


Museum ini menyimpan berbagai koleksi benda Kerajaan Gowa yang bernilai tinggi dan memiliki nilai sejarah yang panjang. Di museum ini diperkirakan terdapat 140 koleksi benda milik Kerajaan Gowa, seperti: salokoa, ponto janga-jangaya, kolara, tatarapang, berbagai sejanta tempur Makassar, 7 buah naskah lontar, dan 2 buah Kitab Suci Al Qur’an yang ditulis tangan pada tahun 1848.
Salokoa, yaitu mahkota yang terbuat dari bahan emas murni dan berbentuk kerucut bungai teratai (lima helai kelopak daun) memiliki bobot sekitar 1.768 gram yang bertabur 250 permata berlian. Salokoa merupakan wujud kebesaran yang dipakai pada upacara pelantikan/penobatan raja.
Ponto janga-jangaya, yaitu sebuah gelang tangan dari bahan emas berbentuk naga yang melingkar dengan dua kepala yang mulutnya terbuka. Ponto janga-jangaya, juga merupakan kebesaran Raja Gowa. Gelang ini digunakan pada upacara pelantikan/penobatan raja.
Kolara, yaitu rantai emas panjang seberat 270 gram, merupakan tanda kebesaran raja yang bernama I Tani Samang (yang tidak ada namanya).
Tatarapang, yaitu keris emas seberat 986,5 gram, dengan panjang 51 cm dan lebar 13 cm. Keris ini merupakan hadiah dari Kerajaan Demak.
Museum Balla Lompua pernah mengalami renovasi pada tahun 1978-1980, dan saat ini menjadi salah satu ikon di Kabupaten Gowa. Ikon yang bernuansa kekunaan dengan citra historis ini menjadi salah satu destinasi wisata yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan. *** [230613]
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami