Desa
Jandimeriah merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Tiganderket,
Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Topografi ketinggian desa ini adalah
berupa dataran perbukitan, yaitu sekitar 1.200 meter di atas permukaan air
laut. Berdasarkan keadaan geografis desa, curah hujan rata-rata mencapai 2.000
mm dengan suhu berkisar antara 29° C.
Berdasarkan
data administrasi pemerintahan Desa Jandimeriah tahun 2010, jumlah penduduknya
adalah 1.192 orang dengan
jumlah 381 KK serta
luas wilayah 740 hektar. Sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai
petani yang didukung oleh lingkungan alam yang menopang pertanian.
Jarak
tempuh Desa Jandimeriah ke ibu kota Kecamatan Tiganderket yaitu sekitar 5,8
kilometer. Sedang jarak ke ibu kota Kabupaten Karo adalah sekitar 28,8
kilometer.
Secara
administratif, Desa Jandimeriah dibatasi oleh wilayah desa-desa tetangga. Di
sebelah utara berbatasan dengan Sungai
Lau Makam. Di sebelah barat berbatasan dengan Sungai Lau Borus. Di sisi selatan berbatasan dengan Sungai Lau Biang, sedangkan di sisi timur berbatasan
dengan Desa Batukarang
dan Desa Sukatendel.
Dalam
Profil Desa Jandimeriah, Kecamatan Tiganderket, Kabupaten Karo, yang disusun
oleh Tim Perumus Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Des) Tahun 2010
– 2014, diceriterakan bahwa pada era tahun
1700 penduduk Desa Jandimeriah berasal dari Kerajaan Bangun Mulia yang terletak
sekitar 1 kilometer sébelah barat dari Desa Jandimeriah sekarang ini. Dipimpin
oleh seorang raja yang bijaksana bernama Raja Mulia yang bermarga Bangun di
mana raja memiliki 2 orang istri yakni 1 orang permaisuri dan 1 orang kawan (kawan dalam bahasa Karo berarti selir) dan melahirkan 5 anak
laki-laki serta 1 anak perempuan. Dalam legenda ini tidak disebutkan siapa ibu
kandung dari ke 6 anak raja tersebut.
Pada waktu itu putri raja yang cantik, Girik
br Bangun, sedang sakit parah. Seluruh tabib di wilayah kerajaan dikumpulkan,
namun tidak ada seorang pun yang sanggup mengobatinya, dan tidak tahu penyakit
yang dideritanya. Sehingga raja mengutus pengawalnya untuk menyebarkan berita
atau pengumuman barang siapa yang sanggup untuk mengobati putri raja akan
diberikan hadiah berupa perhiasan.
Berita tersebut sampai ke telinga Guru Sakti dari Pakpak yang terkenal dengan sebutan Guru Pakpak 7 Sendalanen ( 7 sendalanen dalam bahasa Karo berarti 7 sekawan ). Berita ini juga sampai terdengar oleh guru yang sakti pula yang berasal dari Desa Jenabun dengan sebutan Guru Ndiden. Karena jarak dari Desa Jinabun tidak jauh dari Bangun Mulia hanya berjarak 6 Km maka Guru Ndiden lebih duluan sampai ke Kerajaan Bangun Mulia untuk mengobati putri raja tersebut. Alhasil putri raja dapat disembuhkan oleh Guru Ndiden dengan sempurna dan raja merasa sangat senang sekali dan sekembalinya Guru Ndiden ke kampungnya, Jenabun, raja tidak lupa memberikan bingkisan berupa perhiasan sebagai ucapan tanda tarima kasih yang telah dijanjikannya.
Berita tersebut sampai ke telinga Guru Sakti dari Pakpak yang terkenal dengan sebutan Guru Pakpak 7 Sendalanen ( 7 sendalanen dalam bahasa Karo berarti 7 sekawan ). Berita ini juga sampai terdengar oleh guru yang sakti pula yang berasal dari Desa Jenabun dengan sebutan Guru Ndiden. Karena jarak dari Desa Jinabun tidak jauh dari Bangun Mulia hanya berjarak 6 Km maka Guru Ndiden lebih duluan sampai ke Kerajaan Bangun Mulia untuk mengobati putri raja tersebut. Alhasil putri raja dapat disembuhkan oleh Guru Ndiden dengan sempurna dan raja merasa sangat senang sekali dan sekembalinya Guru Ndiden ke kampungnya, Jenabun, raja tidak lupa memberikan bingkisan berupa perhiasan sebagai ucapan tanda tarima kasih yang telah dijanjikannya.
Beberapa hari kemudian Guru Pakpak 7 Sendalanen
sampai juga di Kerajaan Bangun Mulia yang hendak mengobati putri raja. Sangatlah
kaget Guru Pakpak mendapati putri raja yang telah sembuh total dari
penyakitnya, dan merasa sangat terhina karena tidak menyangka ada guru yang
lebih hebat dari dirinya yang sanggup mengobati putri raja tersebut, maka dari
itu Guru Pakpak mencari informasi siapakah guru itu karena dia ingin membuat
perhitungan atau adu kesaktian.
Singkat cerita, maka terjadilah perkelahian antara kedua guru tersebut dengan mengandalkan kesaktian masing-masing di lokasi Bangun Mulia. Pada saat perkelahian tiba-tiba datang angin yang sangat kencang disertai guntur yang menggelegar, bumi terasa berguncang kuat seperti gempa sehingga membuat rumah-rumah penduduk saling berbenturan keras dan hancur berantakan.
Raja dan semua penduduk berlarian kekatutan menyelamatkan diri sampai ke tempat yang agak aman, yakni lokasi yang sekarang didekenal sebagai Desa Jandimeriah. Di tempat inilah raja dan kelima putranya membuat kesepakatan dan perjanjian yang meriah ( perjanjian meriah adalah asal kata dari Desa Jandimeriah).
Singkat cerita, maka terjadilah perkelahian antara kedua guru tersebut dengan mengandalkan kesaktian masing-masing di lokasi Bangun Mulia. Pada saat perkelahian tiba-tiba datang angin yang sangat kencang disertai guntur yang menggelegar, bumi terasa berguncang kuat seperti gempa sehingga membuat rumah-rumah penduduk saling berbenturan keras dan hancur berantakan.
Raja dan semua penduduk berlarian kekatutan menyelamatkan diri sampai ke tempat yang agak aman, yakni lokasi yang sekarang didekenal sebagai Desa Jandimeriah. Di tempat inilah raja dan kelima putranya membuat kesepakatan dan perjanjian yang meriah ( perjanjian meriah adalah asal kata dari Desa Jandimeriah).
Dalam isi perjanjian tersebut disepakati bahwa
ke lima putra raja dihijrahkan ke lima lokasi yang sekarang dikenal dengan nama
Taneh Lima Senina, yakni putra pertama dipindahkan ke Penampen (Bangun
Penampen), putra kedua dihijrahkan ke Narigunung (Bangun Narigunung), putra
ketiga dipindahkan ke Batukarang (Bangun Batukarang, putra keempat dihijrahkan
ke Selandi (Bangun Selandi dan putra kelima tetap tinggal di Desa Jandimeriah.
Sedangkan salah seorang putri raja dipinang
oleh Anak Beru dari Desa Perbaji bermarga Sembiring Pelawi, di mana keturunan
dari putri raja tersebut kita kenal dengan nama Guru Patimpus, pendiri kota Medan
sekarang ini. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar