Desa
Kadugede merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Kadugede,
Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat. Dilihat
dari topografi dan kontur tanah, Desa Kadugede secara umum berupa pesawahan dan
perbukitan yang berada pada ketinggian antara 640 hingga 700 meter di atas
permukaan laut. Dengan suhu rata-rata 22 sampai dengan 28o Celcius.
Berdasarkan
data umum Desa Kadugede, jumlah penduduknya adalah 4.436 orang dengan jumlah 1.141
KK dengan luas wilayah 324,080 hektar. Sebagian besar penduduknya
bermatapencaharian sebagai petani maupun buruh tani yang didukung oleh
lingkungan alam yang menopang pertanian, utamanya adalah sawah beririgasi.
Jarak
tempuh Desa Kadugede ke ibu kota Kecamatan Kadugede yaitu sekitar 0,5
kilometer. Sedang jarak ke ibu kota Kabupaten Kuningan adalah sekitar 5
kilometer.
Secara
adminstratif, Desa Ngabean dibatasi oleh wilayah desa-desa tetangga. Di sebelah
utara berbatasan dengan Desa Babadan. Di sebelah barat berbatasan dengan Desa Bayuning
dan Desa Nusaherang. Di sisi selatan berbatasan dengan Desa Sindangjawa dan
Desa Nusaherang, sedangkan di sisi timur berbatasan dengan Desa Ciketak dan
Desa Nangka.
Dalam
Profil Desa Kadugede, Kecamatan Kadugede, Kabupaten Kuningan, yang disusun oleh
Tim Perumus Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Des) Tahun 2011 –
2015, dikisahkan bahwa pada zaman penjajahan Jepang Kepala Desa disebut Ngabai,
Ngabai inilah bertugas memimpin dan menggerakan roda perdesaan, yang kerjanya
hanya sebatas pengawasan ketertiban dan keamanan semata tidak berbentuk
pemerintahan seperti sekarang.
Diceritakan pada suatu hari ada seorang petani
yang sedang berjalan menuju kehutan, berpakaian pangsi dan beriket, dengan golok terselip di pinggangnya. Petani
tersebut kaget sewaktu melintas sungai yang sekarang bernama Sungai
Cisanggarung karena di pinggir sungai tersebut ada sebuah durian (kadu) yang ukurannya menakjubkan lebih
besar dari durian yang biasa. Durian tersebut tersangkut di sela-sela akar
pepohonan yang merimbun di pinggir sungai.
Melihat durian yang aneh itu, petani tersebut
tidak melanjutkan kehutan melainkan pulang kembali dan memberitahukan kepada
warga yang ditemui perihal keberadaan durian besar tersebut. Sehingga tak ayal
lagi yang mendengar berita tersebut merasa penasaran untuk melihat keberadaan
durian dengan ukuran besar tersebut. Dalam sekejap, dari informasi mulut ke mulut
lokasi di mana adanya durian besar itu dipenuhi oleh orang-orang yang penasaran
ingin membuktikan dan melihat langsung durian yang diberitakan oleh petani sang
penemu.
Saking anehnya tempat tersebut setiap hari dipenuhi
oleh warga yang ingin melihat durian aneh itu. Sehingga dari hari ke hari, dari
nulut ke mulut membuat semakin bertambah warga yang berkumpul melihat durian
ukuran dengan berdecak kagum. Hal ini kedengaran oleh Ngabai, diutuslah anak buahnya
untuk membawa durian ke rumahnya.
Ngabai juga terkesima kaget dan takjub,
informasi warga dari mulut ke mulut itu ternyata benar durian itu ukurannya
lebih besar dari durian biasanya. Kemudian durian tersebut dikupas yang terbagi
dalam 7 bagian. Sejak diketemukan durian ukuran besar daerah itu ramai
dikunjungi orang dari berbagai pelosok sehingga oleh warga di daerah lokasi
adanya durian besar tersebut terkenal dengan nama Kadugede.
Sedangkan simbol 7 bagian durian besar itu diabadikan dengan
penamaan 7 blok berdasarkan letak geografis. Nama-nama ketujuh blok tersebut
adalah Blok Bangong, Sindang Ketawang, Garaseah, Cijeuler, Dukuh, Gayam dan
Cibogo.
Seiring dengan perubahan zaman, pada era
kemerdekaan itulah nama Ngabai diganti menajdi Kuwu dengan merubah secara
nasional nama-nama blok dengan nama-nama dari Bahasa Jawa yakni Manis, Kliwon,
Wage, Pahing dan Puhun. Dengan demikian
Desa Kadugede yang
sedianya meliputi 7 blok diganti dengan 5 dusun. Adapun yang
menjadi Kepala Desa pertama adalah Wangsa Dijaya alias Abah Gudang. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar