Pada
masa lalu, sekitar awal 19, daerah Kesawan merupakan sudah kawasan komersial
ramai yang penuh dengan aktivitas ekonomi. Ketika itu, Kesawan telah memainkan
peran kunci dalam pengembangan Medan.
Kawasan
Kesawan yang kini termasuk Kawasan Kota Lama Medan, merupakan lokasi awal
perkembangan Kota Medan modern yang mulai berdiri pada akhir abad ke-16 dan
berkembang pada awal tahun 1900-an. Fungsi yang mendominasi dari kawasan ini
adalah campuran antara fungsi hunian (ruko dan fungsi komersial),
perbelanjaan/retail, dan perkantoran. Pada saat Kawasan Kesawan sedang
mengalami perubahan akibat adanya penggunaan fungsi bisnis yang sebagian
terpusat di Jalan Ahmad Yani dan sekitarnya, semenjak itu berdatanganlah
perusahaan-perusahaan asing untuk membuka berbagai perkantoran, bank,
perusahaan perkebunan, kantor pusat perusahaan pelayaran kapal-kapal asing, dan
lain-lain.
Hal
ini dilihat dari sisa bangunan tua yang sebagian besar masih difungsikan untuk
kegiatan ekonomi, seperti kantor, warung, restoran, butik, dan pertokoan lainnya. Salah satu bangunan tua
nan megah yang masih berdiri kokoh adalah gedung Badan Kerjasama Perusahaan
Perkebunan Sumatera, atau yang biasa disingkat menjadi gedung BKS PPS.
Gedung ini terletak di pojok perempatan atau pertemuan antara Jalan Pemuda dengan Jalan Palang Merah, Kelurahan, Kecamatan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Semasa kolonial , Jalan Pemuda dikenal dengan Paleisweg dan Jalan Palang Merah dikenal denga Sukamuliaweg.
Dulu,
gedung ini dikenal dengan nama gedung AVROS, akronim dari Algemeene Vereeniging van Rubberplanters ter Oostkust van Sumatera
atau Asosiasi Umum Perkebunan Karet di Pantai Sumatera Timur. Di dalam buku Tours through Historic Medan and Its
Surroundings (1999) yang ditulis oleh
sejarawan Belanda Dirk A. Buiskool dan Tjeerd Koudenburg, gedung AVROS
dibangun antara tahun 1918 dan 1919 dengan hasil rancangan GH Mulder, yang pada
waktu itu gaya arsitektur karyanya dipengaruhi oleh rasionalisme yang bangkit
pada awal abad ke-20.
Bangunan
ini memiliki empat lantai dalam konstruksi beton dengan jendela kaca besar, dan
tangga yang terbuat dari kayu. Setiap lantai memiliki balkon berupa galeri
terbuka. Galeri ini dirancang untuk melindungi ruang dalam dari terpaan
panasnya matahari, sehingga ruangan selalu sejuk.
Di
atasnya terdapat kubah dengan tulisan angka 1918 dan 1919 sebagai penanda tahun
pembuatannya dan di tengah-tengah kubah terdapat jam lonceng bermerk Nederlandschefabriek Torenuurwerken B.
Eijsbouts-Asten, sebuah pabrik terkenal Bonaventura
Eijsbouts di Kota Asten, Belanda, dan baru dipasang pada tahun 1920.
Pada
tahun 1967, gedung AVROS berganti nama menjadi BKS PPS. Nama yang beda, akan
tetapi fokus tujuannya hampir sama. Hingga kini pun, gedung tersebut masih
digunakan untuk kegiatan usaha yang dilakukan oleh BKS PPS.
Bangunan
berlanggam art nouveau ini, kini
menjadi bangunan cagar budaya (BCB) yang tetap mempertahankan aspek heritage dengan sejarah perjalanan
panjang yang membingkainya. *** [130314]
Kepustakaan:
http://www.thejakartapost.com/news/2001/04/22/medan-strives-save-historical-buildings.html
http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/08/kisah-di-balik-kubah-megah-gedung-avros-medan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar