Bangunan
tinggi besar berwarna putih di pojok Willemskade
(sekarang Jl. Jembatan Merah) dan Roomschkerkstraat
(kini Jl. Cenderawasih), mengundang setiap orang yang melintas di kawasan
tersebut untuk sejenak memandangnya. Di antara deretan bangunan kuno di kawasan
yang sekarang dikenal dengan Jalan Jembatan Merah dan Jalan Cenderawasih ini,
bangunan tersebut terlihat memiliki bentuk yang sedikit berbeda dengan bangunan
lainnya yang berada di daerah tersebut. Selain warnanya yang putih, bangunan
ini dihiasi dengan lima balkon dengan menara yang ada jam analognya. Bangunan
tersebut adalah gedung Bank Internasional Indonesia (BII).
Gedung
BII ini terletak di Jalan Jembatan Merah No. 3 Kelurahan Krembangan Selatan,
Kecamatan Krembangan, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Lokasi ini tepat
berada di sebelah utara Kantor Kepolisian Wilayah Kota Besar (Polwiltabes)
Surabaya.
Sebelumnya, Gedung BII ini adalah gedung Nederlands Spaarbank atau yang biasa disebut dengan Nutsspaarbank atau Bank Tabungan untuk Manfaat Umum. Nutsspaarbank merupakan satu-satunya Bank Tabungan Umum di Kota Surabaya kala itu.
Mulanya
timbul ide untu mendirikan sebuh bank tabungan untuk umum pada Mei 1833,
mengingat pada saat itu pemerintah Belanda sudah stabil. Ide ini ditangani oleh
Maatschappij Tot Nut Van Het Algemente yang berlokasi di Amsterdam. Untuk
sementara, kantor tersebut berada di Jalan Embong Malang.
Lalu,
pada 18 Maret 1853, Dr. R.W.C.J. Barke mengusulkan untuk membangun gedung baru yang
lebih representatif guna menggantikan gedung yang lama. Gedung tersebut
dibangun pada tahun 1914 dan mulai digunakan sejak tanggal 8 Maret 1916.
Arsitek bangunan gedung ini adalah Fritz Joseph Pinedo, yang lahir pada 12 Juni
1883 di Haarlem, Provinsi Belanda Utara. Ayahnya bernama Egbertus Pinedo dan
ibunya adalah Maria Salomonson. Usai merampungkan Hotel Kartika Chandra di
Jakarta pada tahun 1970, Pinedo meninggalkan sejumlah proyek ke Brasil di mana
ia meninggal pada tahun 1976.
Bangunan ini merupakan bentuk dari penyelesaian klasik bangunan pojok yang banyak terdapat pada arsitektur kolonial. Yang dominan dari gedung ini adalah dominasi gevel depan dan tower atau tiang pada pintu masuk utamanya.
Bangunan
Nutsspaarbank karya Pinedo ini
merupakan karya arsitektur pada masa peralihan trend gaya desain dunia, yaitu
pada tahun 1890-1915. Elemen interior dengan gaya pada masa itu tampil dengan
gaya rancangan peralihan, seperti gaya Dutch
Colonial, Empire Style, Art and Craft, Art Nouveau, Amsterdam Schools, dan
menuju ke Nieuw Bowen yang lebih
modern.
Dalam
kesehariannya, bangunan ini masih berfungsi sebagai bank umum yang melayani
para nasabah BII, sementara di sisi lain, arsitektur bangunan kolonial dari Nutsspaarbank ini sekarang sebagai
penunjang kawasan kota lama di Surabaya, dan sesuai dengan Surat Keputusan (SK)
Walikota Surabaya Nomor 188.45/004/402.1.04/1998 ditetapkan sebagai bangunan
cagar budaya (BCB). *** [230214]
Kepustakaan:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar