Prasasti
Tempuran berangka tahun 1388 Çaka atau 1466 M dengan ditulis dalam
aksrara dan berbahasa Jawa Kuno. Aksara tersebut dipahatkan di semua sisi
dengan jumlah 7 baris pada sisi depan, 7 baris di sisi kiri, 10 baris di sisi
belakang, dan 11 baris di sisi kana, dengan kondisi huruf yang cukup baik pada
sisi depan, sisi kiri, dan sisi kanan, akan tetapi kuran jelas pada sisi
belakang. Pada bagian puncak prasasti terdapat angka tahu 1388 yang ditulis
dengan menggunakan aksara kuadrat tipe Majapahit.
Prasasti
ini terbuat dari batuan andesit (upala
praśasti) dengan bentuk blok
berpuncak kurawal, yang memiliki ukuran
tinggi 101 cm, lebar 33 cm, dan tebal 19 cm. Sedangkan pada bagian kaki
prasasti terpendam sekitar 15 cm.
Prasasti
ini dtemukan di halaman Padepokan Telasih Mpu Supoh di Dusun Sumber Tempur
(Tempuran), Desa Sumber Girang, Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto, Provinsi
Jawa Timur. Padepokan Telasih Mpu Supoh ini merupakan milik pribadi pimpinan
Raden Suroso Wiro Kadek Wongso Jumeno, dikenal Bapak Bambang. Konon, prasasti
ini ditemukannya melalui wangsit atau
mimpi. Beliau mendengar seruan untuk menggali di suatu tempat. Sekarang
merupakan tempat prasasti Tempuran. Oleh penduduk setempat, prasasti ini masih
dipakai untuk ritual keagamaan dan dikeramatkan.
Prasasti
Tempuran merupakan prasasti yang dikeluarkan oleh “seorang murid” dari
lingkungan kraton, mungkin sekali murid pujangga besar, atau abdi dalam raja,
yang tergolong sebagai kawi-taruna.
Isi
prasasti Tempuran berbentuk prosa dengan cara pembacaan dimulai dari sisi depan
ke sisi kiri, sisi kanan, terakhir sisi belakang. Struktur isi prasasti
Tempuran dimulai dengan seruan kepada dewa (manggala) yaitu kata Õṁ yang berarti seruan doa kepada
dewa Trimurti (Brahmā, Siva, Vişņu),
selanjutnya diikuti dengan kata swasti srī saka warsatīta yang
berarti selamat tahun Śaka yang telah berlalu. Kemudian disusul dengan
penyebutan unsur-unsur penanggalan yang merupakan waktu dikeluarkannya prasasti
itu. Unsur-unsur penanggalan yang ditemukan dalam prasasti Tempuran berjumlah
dua unsur, yaitu wāra dan parrweśa. Wāranya berurutan terdiri dari sadwāra,
pañcawāra, saptawāra dan parrweśanya
saśi.
Setelah
unsur-unsur pertanggalan disebutkan, kemudian dilanjutkan dengan uraian isi
prasasti yaitu seorang pemuda yang memiliki seratus keinginan untuk berbuat
kebaikan kepada gadis yang baik hati. Pemuda itu bernama Śi Lima yang jatuh hati pada seorang gadis saat bertemu di sebuah
perayaan besar. Śi Lima merasa sangat
menyesal karena telah meliriknya. Ia mengutuk jurang pembatas yang
menghalanginya untuk dekat dengan gadis itu. ***
Kepustakaan:
Maharani Dewi Susanto, 2009, Prasasti Tempuran Tahun Śaka 1388, dalam Skripsi di Program Studi Arkeologi, Fakultas
Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar