Desa
Ngaglik merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Bulukerto,
Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Topografi ketinggian desa ini adalah
berupa dataran tinggi antara 400 sampai dengan 500 meter di atas permukaan laut
dengan kemiringan 10 sampai dengan 45 derajat.. Berdasarkan geografis desa,
curah hujan rata-rata mencapai 2.200 mm dengan suhu rata-rata antara 22 hingga
30°
Celcius.
Berdasarkan
data rupa bumi wilayah administrasi Desa Ngaglik tahun 2010, jumlah penduduknya
tercatat 3.962 orang dengan jumlah 832 KK dengan luas wilayah 284,4465 hektar.
Desa Ngaglik terdiri atas empat dusun, yaitu Dusun Bendo, Dusun Soko, Dusun
Dagangan dan Dusun Dukuh.
Sebagian
besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani yang didukung oleh
lingkungan alam yang menopang pertanian, sedangkan bagi yang tidak memiliki
lahan pertanian atau tidak terserap dalam aktivitas pertanian lainnya, mereka
melakukan mobilitas keluar desa seperti meranatau atau “boro”. Pada umumnya mereka
dikenal sebagai pengrajin mainan anak.
Jarak
tempuh Desa Ngaglik ke ibu kota Kecamatan Bulukerto yaitu sekitar 8 kilometer.
Sedang jarak ke ibu kota Kabupaten Wonogiri adalah sekitar 22 kilometer.
Secara
administratif, Desa Ngaglik dibatasi oleh wilayah desa-desa tetangga. Di
sebelah utara berbatasan dengan Desa Krandegan. Di sebelah barat berbatasan
dengan Desa Nadi. Di sisi selatan berbatasan dengan Desa Sendang, Kecamatan
Purwantoro, sedangkan di sisi timur berbatasan dengan Kelurahan Bulukerto, Desa
Bulurejo, dan Desa Ploso.
Menurut
ceritera Bapak Supriyatno, Sekretaris Desa Ngaglik, konon pada zaman dahulu
kala ketika peradaban masih belum maju seperti sekarang ini, terdapat sebuah
ceritera yang berkembang di masyarakat perihal Legenda Singo Lodoyo.
Legenda
tersebut mengisahkan bahwa pada setiap awal bulan Mulud (menjelang Maulid
Nabi), banyak orang Lodoyo pergi ke Nagri (sebutan untuk sebutan Surakarta
sebagai tempat berdirinya Kraton Surakarta Hadiningrat). Mereka pergi ke sana
untuk melihat dan menikmati keramaian Muludan atau yang biasa dikenal dengan
nama Sekaten. Di sana, mereka sembari berguru dan menimba ilmu kanuragan kepada
pujangga dan “guru-guru” kerajaan.
Dengan
memperoleh ilmu kanuragan yang cukup tinggi, orang-orang Lodoyo tersebut menjadi
sakti mandraguna sehingga dapat merubah wujud menjadi harimau. Ketika berubah
wujud menjadi harimau, perjalanan pulang dari Nagri sampai ke Lodoyo dapat
ditempuh hanya dalam waktu semalam. Akan tetapi dalam kenyataannya, ada juga
yang naas, yaitu tersesat dikarenakan melanggar pantangan yakni tidak boleh
melewati Sendang Biru. Karena bila harimau jadi-jadian tersebut melewati
Sendang Biru maka akan tersesat dan tidak akan bisa berubah wujud kembali
menjadi manusia.
Harimau
yang tersesat tersebut bersembunyi di suatu tempat, yang mana tempat tersebut
saat itu dinamai “Singane Gembong nDhelik”, dan selanjutnya orang lebih mudah
menyebut dengan nama “Ngaglik” dan hingga sekarang menjadi sebutan nama Desa
Ngaglik.
Kejadian
tersebut berulang-ulang dan terakhir terjadi pada tahun 1962, seekor hariman
gembong (loreng) berukuran besar bersembunyi di rumah Bapak Kariyo Maridin di
Punthukmiri Dusun Dagangan, Desa Ngaglik.
Menurut
penuturan sesepuh desa dan para moncokaki, sebutan Desa Ngaglik itu sudah ada
sejak masa kolonial Belanda jauh sebelum dilakukan pemetaan. Wilayah Desa
Ngaglik yang melintang dari utara Dukuh Jomblang di Dusun Bendo hingga selatan
Dukuh Temulawak, Dusun Dagangan.
Demangan
Bendo, rumah kediaman Demang Pontjo Panambang, yang pada saat itu selaku Kepala
Pemerintahan di Desa Ngaglik, ketika daerah tersebut masih dikuasai oleh
penjajah Belanda. Desa Ngaglik yang termasuk wilayah Geduwang, merupakan bagian
dari wilayah Pura Mangkunegaran, tepatnya Desa Ngaglik, onder distric Bulukerto, Distrik Purwantoro, Kabupaten Wonogiri.
Sebuah organisasi pemerintahan desa pertama yang dikenal masyarakat Desa
Ngaglik. ***
leluhur saya (Buyut Mas Rongo Martodiwerno) asli Bangsri Purwantoro....di ruah eyang saya dulu memang ada poster penguasa (Mangkunegoro ke....).
BalasHapusTerus saya di suruh bilang wow gitu,....?
BalasHapusTerus saya di suruh bilang wow gitu,....?
BalasHapusMas Hengki,siapa silsilahnya bisa dicari di Mangkunegaran. Di Perpustakaan Reskopustoko Mangkunegaran, sepertinya memiliki arsip yang bagus. Siapa tahu masih bisa dilacak?
BalasHapusMas Abu Achmad, terima kasih telah berkenan membaca sejarah anak negeri ini
BalasHapusEyang singo ludoyo hanya 1 org tp mempunya nama yg banyak ..setiap daerah berbeda nama..dia byk punya julukan tp org nya 1 ..
BalasHapus