Banyak
emigran Tionghoa dari Tiongkok yang berdatangan ke Bogor jauh sebelum orang
Eropa menginjakkan kaki di Buitenzorg (kini menjadi Bogor). Biasanya mereka
melakukannya dengan menyusuri sebuah sungai, dan akan menetap di situ di sebuah
keramaian yang bernama pasar.
Daerah
Pasar Bogor yang sudah ada semenjak Pemerintah Hindia Belanda menjadikan Bogor
sebagai kota untuk istirahat para pejabatnya, merupakan salah satu tujuan bagi
pendatang Tionghoa yang rela meninggalkan kampung halamannya di Tiongkok guna
untuk mencari penghidupan yang lebih baik di tanah baru tersebut. Kepiawaiannya
dalam hal berdagang menyebabkan orang-orang Tionghoa berhasil membentuk sebuah
komunitas di daerah perdagangan tersebut. Sehingga, kawasan Pasar Bogor pada
akhirnya banyak bermunculan bangunan milik pendatang yang menjadi pedagang dari
Tiongkok tersebut.
Bangunan-bangunan milik orang Tionghoa tersebut akhirnya memberikan nuansa kuat sebagai kawasan Pecinan (Chineseche Kamp). Bangunan ala Tiongkok maupun yang sudah dipadukan dengan gaya arsitektur Eropa maupun lokal Sunda, banyak menghiasi di seputaran pasar tersebut. Salah satunya adalah Rumah Luitenant China.
Rumah
ini terletak di ujung Jalan Klenteng (Klentengweg)
Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Provinsi Jawa
Barat. Lokasi rumah berada di sebelah timur Plaza Bogor, yang dulunya merupakan
Pasar Bogor.
Menurut
sejarahnya, rumah Luitenant China ini
adalah milik Luitenant (Letnan) Lie
Beng Hok yang menjabat dari tahun 1912-1913 semasa Kapiten Tan Tjoen Tjiang.
Letnan yang dimaksud di sini bukan menunjuk jabatan letnan dalam kepangkatan
militer atau kepolisian meski memang menjiplaknya dari situ, akan tetapi
menunjuk kepada jabatan yang diberikan kepada orang Tionghoa yang memiliki
kedudukan di tengah etnis Tionghoa untuk memimpin sekumpulan etnis tersebut.
Jabatan ini yang memberikan adalah Pemerintah Hindia Belanda. Karena pada zaman
itu, semua etnis yang tinggal di Hindia Belanda dilakukan cluster agar supaya Pemerintah Hindia Belanda mudah mengontrolnya.
Rumah
besar warna putih itu masih berdiri sesuai dengan bentuk aslinya, megah dan
kokoh. Namun, tampaknya rumah itu tidak dihuni oleh keturunan keluarga Lie
lagi. Sebagai rumah kuno yang memiliki memori historis, bangunan ini hendaknya
dirawat dan dilindungi sehingga kelestarian dari bangunan ini akan bisa
disaksikan oleh generasi berikutnya sepanjang masa. *** [240514]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar