Menyusuri
Kali Pepe, sungai yang membelah Kota Solo sebelum bermuara di Bengawan Solo, di
daerah Kestalan akan dijumpai bangunan bercat putih yang menawan dan
bersejarah. Masyarakat setempat menyebutnya dengan nama ponten. Gaya bangunannya
mengingatkan akan gunongan
peninggalan Sultan Iskandar Muda yang terletak di daerah Setui, Banda Aceh yang
cukup megah.
Ponten
tersebut terletak di Kampung Ngebrusan RT.02 RW.03 Kelurahan Kesatalan,
Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi ponten ini
berada di depan Pos Keamanan RT.01 RW.02 atau tepat berada di pertemuan Jalan
Kalimantan dengan Jalan Tarakan.
Sesuai dengan prasasti yang tertempel di bangunan tersebut, bangunan itu dibangun pada tahun 1936 atas perintah Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario (KGPAA) Mangkunegara VII. Rancangan bangunannya dipercayakan kepada Hermans Thomas Karsten, seorang arsitek asal Belanda. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat MCK (Mandi, Cuci dan Kakus) bagi warga sekitar. Penguasa Mangkunegaran itu memang menghendaki rakyatnya hidup sehat dengan menyediakan fasilitas sanitasi umum tersebut. Terlebih, kawasan di mana bangunan ponten itu berdiri, berdekatan dengan Stabelan, yang dulunya merupakan kandang kuda milik pasukan Legiun Mangkunegaran.
Sebutan
ponten yang diberikan pada bangunan dengan ukuran 8 x 12 meter ini berasal dari
pelafalan kata fountain yang dalam
bahasa Belanda berarti air mancur. Thomas Karsten memang melengkapi dengan air
mancur bangunan yang memiliki pintu masuk di sisi kanan atau timur dan kiri
atau barat.
Di
sisi kanan kiri terdapat bilik mandi yang memiliki beberapa pancuran dan satu
shower besar di bagian tengah. Khusus pada bilik kanan, juga dilengkapi dengan
dua kakus yang dipisahkan dinding. Di bilik ini terdapat penghubung ke sumur di
bagian luar. Di bagian muka, pada ruangan yang berukuran 4,5 x 2,5 meter
terdapat pipa-pipa pancuran air yang mengalirkan air dari bak penampungan di
atas untuk keperluan mencuci bersama-sama. Pada masa lalu, air yang mengalir di
bangunan ini berasal dari mata air Cokrotulung yang dialirkan perusahaan air NV Hoodgruk Water Leiding Hoodplaast
Surakarta en Omstreken.
Ponten menjadi penanda kemajuan budaya masyarakat perkotaan di bawah pemerintahan Mangkunegara VII. Budaya hidup bersih dan sehat sudah diupayakan sedari dulu. Ketika masyarakat umum belum mampu memiliki tempat MCK sendiri, pemerintah saat itu mendirikan ponten yang dapat digunakan bersama-sama. Kebersihan MCK umum itu juga terjaga. Mangkunegara VII tak jarang meninjau sendiri kebersihan ponten yang diwajibkan dibersihkan dua kali sehari tersebut.
Ponten
ini pernah mangkrak beberapa tahun, dan dipugar oleh Dra. Hj. Karyatun, istri
dari KRT H. Kistuboko serta diresmikan pada 9 September 2007. Kemudian
Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta berkehendak untuk merestorasi situs yang
sudah menjadi bangunan cagar budaya (BCB) melalui Surat Keputusan (SK)
Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Surakarta Nomor 646/116/I/1997 ini.
Secara bertahap, revitalisasi dilakukan dengan membangun pagar pembatas. Selain
itu, ponten tersebut juga akan difungsikan lagi dengan menyediakan suplai air
bersih dari PDAM dan sumur pompa.
Revitalisasi
bangunan ini akhirnya terwujud dengan adanya dana promosi melalui program corporate social responsibility (CSR)
dari Bank Jateng tahun 2013 sebesar Rp 200 juta. Pengerjaan proyek berlangsung
mulai Januari sampai Mei, dan diresmikan pada 21 Juni 2014. Sasaran
revitalisasi di antaranya adalah pembenahan fisik bangunan serta penataan
lingkungan di sekitarnya.
Kini,
ponten yang dahulunya dikenal dengan nama Badplaats
Ngebrusan telah menjadi salah satu ikon sejarah yang penting bagi peradaban
terutama berkenaan dengan hidup bersih dan sehat, dan sekarang bangunan ini
dikenal sebagai Ponten Mangkunegaran. ***
[280714]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar