Kehadiran
sejumlah perusahaan perkebunan partikelir, seperti De Landbouw Maatschappij Soekowono milik Fransen van de Putte, De Landbouw Maatschappij Jelboek milik
Du Ry van Best Holle dan Geertsma, De
Landbouw Maatschappij Soekerto Ajong milik keluarga Baud, dan De Landbouw Maatschappij Oud Djember milik
George Birnie, telah membawa perubahan tersendiri di daerah Jember.
Kapitalisasi perkebunan perkelir pada masa itu menjadikan Jember menuju kota
industri perkebunan.
Konsekuensinya,
berbagai perusahaan perkebunan partikelir tersebut terlibat dalam proses
pembangunan sarana dan prasarana guna mendukung suatu operasionalisasi
perusahaan perkebunan. Salah satunya adalah De
Landbouw Maatschappij Oud Djember (LMOD) yang berusaha keras untuk
mewujudkan pembangunan sarana dan prasarana tersebut. Sebagai perusahaan
perkebunan terkemuka pada tahun 1880 sampai tahun 1890, LMOD telah memulai
membangun jalan yang menghubungkan kantor pusatnya di Jember dengan perkebunan
di Mayang, Wuluhan, Tanggul dan Puger.
Tidak
hanya itu, LMOD bahkan juga mendirikan rumah sakit yang sekarang dikenal dengan
nama Rumah Sakit (RS) Jember Klinik.
RS Jember Klinik terletak di Jalan Bedadung No. 2 Kelurahan Jember Lor, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur. Lokasi rumah sakit ini berada di depan Kantor Pengurus Daerah Muhammadiyah Kabupaten Jember.
RS
Jember Klinik ini sesungguhnya mempunyai nama resmi RS Perkebunan Jember tapi
masyarakat Jember sudah terlanjur akrab dengan sebutan RS Jember Klinik. Hal
ini tidak terlepas dari sejarah yang melekat pada rumah sakit tersebut. RS
Jember Klinik, dulunya adalah Djemberscheklinik
yang menjadi cikal bakal rumah sakit ini.
Djemberscheklinik pertama kali membuka
layanannya pada tahun 1910. Kala itu, Djemberscheklinik
merupakan klinik yang didirikan oleh LMOD untuk memberikan layanan pengobatan
bagi karyawan-karyawannya. Kehadiran Djemberscheklinik
ini sekaligus untuk mengubah perilaku kesehatan pekerja perkebunan pribumi dari
sistem kesehatan yang masih tradisional menuju sistem kesehatan yang modern
sesuai dengan standar Eropa yang pada waktu itu penyakit koleria, malaria
maupun disentri kerap menghinggapi
karyawan-karyawan perkebunan. Pihak manajemen LMOD yang pada umumnya diisi oleh
orang-orang Belanda, menganggap sistem kesehatan tradisional memiliki
kekurangan sebagai penjamin kesehatan bagi pekerja perkebunan.
Setelah
Indonesia merdeka, semua perusahaan perkebunan tersebut akhirnya
dinasionalisasi pada tahun 1956. LMOD pun berubah menjadi PTP XXVII, PTP XXVI
dan PTP XXIII di Kabupaten Jember. Kemudian pada 14 Februari 1996, ketiga PTP
tersebut melakukan fusi, dan hasil dari peleburan tersebut di bawah naungan PT.
Perkebunan Nusantara (PTPN) X. Termasuk juga RS Jember Klinik, akhirnya menjadi
salah satu dari tiga unit bisnis strategis yang dimiliki oleh PTPN X.
Melihat
perjalanan historis yang dimiliki, RS Jember Klinik ini merupakan bangunan
cagar budaya (BCB) yang perlu dilestarikan keberadaannya karena sarat nilai
penting akan sejarah Jember, dan kedepannya bisa dikembangkan menjadi wisata heritage di Kota Jember. *** [130814]
Kepustakaan:
Tri Chandra Ap., 2004, Kota dan Kapitalisme Perkebunan: Jember dalam Perubahan Zaman 1900-1970,
dalam makalah di the 1st International Conference on Urban History,
Surabaya, August, 23th-25th 2004
www.jember-klinik.co.id
http://ptpn10.co.id/page/unit-usaha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar