Benteng
Tolukko adalah salah satu peninggalan Portugis di Ternate yang hingga kini
masih berdiri. Dari atas benteng ini, kita bisa melihat pemandangan laut yang
indah, dengan latar belakang pulau Halmahera, Tidore, dan Maitara.
Benteng
Tolukko terletak di Kelurahan Sangaji, Kecamatan Ternate Utara, Kota Ternate,
Provinsi Maluku Utara. Lokasi benteng ini berada di sebelah tenggara Kantor
PDAM Ternate yang berjarak sekitar 2 kilometer dari pusat kota menuju ke arah
Bandara Sultan Babullah Ternate. Dilihat dari segi aksebilitasnya, benteng
Tolukko ini mudah dijangkau dengan menggunakan kendaraan umum maupun kendaraan
pribadi, baik kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat.
Menurut
sejarahnya, setelah Malaka ditaklukkan oleh Portugis, Laksamana Alfonso
d’Albuquerque mengirim Antonio de Abreu dan Fransisco Serrao dengan armada yang
terdiri dari tiga kapal ke Maluku pada Desember 1511. Dalam bulan Januari 1512,
mereka tiba di Banda. Setelah beberapa waktu di Ambon, karena mengalami
ketidakberuntungan dengan karamnya kapal yang ditumpangi, Serrao dijemput
utusan Sultan Ternate dan dibawa ke Ternate pada awal 1512.
Kedatangan Fransisco Serrao di Ternate adalah kedatangan seorang pejabat pertama Eropa – dalam hal ini Portugis – dan sebuah program eksplorasi penguasa Portugis yang ambisius dan telah dimulai sejak abad ke-15. Serrao sendiri adalah fungsionaris Portugis pertama yang berhasil merundingkan hak-hak monopoli negerinya atas perniagaan rempah-rempah dan hak eksklusif pendirian sejumlah benteng di Ternate, yang salah satunya adalah benteng Tolukko.
Benteng
Tolukko ini semula dibangun oleh Fransisco Serrao (Portugis) pada tahun 1540,
kemudian direnovasi oleh Pieter Both (Belanda) pada tahun 1610. Benteng ini kerap disebut benteng Hollandia (Fort Hollandia) atau benteng Santo
Lucas.
Pemerintah
Hindia Belanda pada 1661 mengizinkan Sultan Mandarsyah untuk menempati benteng
ini dengan kekuatan pasukan sebanyak 160 orang. Letaknya yang berada di atas
bukit batu karang yang terletak di ketinggian kemungkinan untuk memudahkan
mengawasi kegiatan Sultan Ternate dan lalu lintas perdagangan di perairan
Ternate.
Beberapa catatan mengatakan bahwa nama Tolukko adalah nama dari penguasa kesepuluh yang duduk di singgasana Ternate, yaitu Kaicil Tolukko, akan tetapi karena Sultan ini baru memerintah di tahun 1692 maka tidak mungkin nama benteng ini diberikan mengikuti nama tersebut. Menurut catatan sejarah Belanda, di tahun 1610 benteng Portugis tersebut diperbaiki oleh Pieter Both, seorang Gubernur VOC, dan dimaksudkan sebagai pertahanan terhadap bangsa Spanyol yang memang sedang sibuk menggempur pulau Ternate.
Pada
tahun 1864, benteng ini dipugar oleh residen P. van der Crab. Dari data yang
didapatkan, dalam pemugaran tersebut telah meninggikan benteng 70 cm. Benteng
yang berdiri di atas bukit batuan beku terletak pada 620 cm di atas permukaan
laut, letaknya menjorok ke laut. Dengan denahnya yang tidak simetris
kemungkinan banhwa benteng ini disesuaikan dengan kondisi bentuk bukit yang
ada. Bentuknya yang cenderung membulat dengan 2 bastion di depan dan 1 di
belakang yang mengundang interpretasi tersendiri merupakan keunikan yang
menjadi ciri khas Portugis.
Bentuk
bastion tidak seperti kebanyakan benteng kolonial lainnya, yang umumnya
berbentuk mata panah (arrow head), pada benteng Tolukko bastion berbentuk
bulat. Pada dinding sebelah kiri setelah pintu masuk terdapat pahatan lambang
yang hingga kini belum diketahui makna pahatan tersebut.
Benteng
Tolukko ini sebenarnya memiliki terowongan yang terhubung hingga laut atau
pantai yang berada di depannya. Namun, kini terowongan tersebut ditutup untuk
umum karena berbahaya.
Benteng
ini sempat terlantar karena tidak terawat beberapa tahun. Sekitar tahun 1996,
benteng ini mulai dipugar oleh pemerintah Republik Indonesia melalui Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta. Selesai purna pugarnya pada tahun 1997 dan
diresmikan oleh Prof DR. Ing. Wardiman Djojonegoro.
Kini,
benteng ini menjadi terpelihara dengan baik, sehingga bisa menjadi bukti
sejarah bagi masyarakat Ternate, dan sekaligus dikembangkan menjadi obyek
wisata bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. *** [171014]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar