Bila
ditelusur, kehadiran bangsa Eropa di Ternate tidak terlepas dari keberadaan
cengkih maupun pala di pulau tersebut. Mereka berani bersusah payah untuk
berlayar jauh hanya untuk mendapatkan rempah-rempah tersebut yang pada waktu itu merupakan
primadona komoditas yang sangat laku di pasaran Eropa, dan kebetulan Ternate
pada waktu telah menjadi pusat perdagangan rempah-rempah bagi seluruh daerah di
Maluku.
Kehadiran
bangsa Eropa yang bermula dari cengkeh ini, pada akhirnya menjadi ihwal
kolonialisme di Ternate. Jejaknya bisa dilacak dari keberadaan benteng-benteng
yang ada di Ternate. Salah satunya adalah benteng Kota Janji.
Benteng
Kota Janji terletak di Jalan Ngade, Dusun Laguna, Desa Fitu, Kecamatan Ternate
Selatan, Provinsi Maluku Utara. Lokasi benteng ini berada di pinggir jalan
utama menuju Kota Ternate dari arah selatan, dan depan ada rumah makan
kebanggaan Ternate, Floridas. Rumah Makan Floridas berdiri tepat di atas tepi
laut. Duduk di balkon restoran tersebut, pelancong bisa menikmati pemandangan
menuju hamparan laut yang selurus dengan Pulau Tidore dan Pulau Maitara.
Berdasarkan sejarahnya, benteng Kota Janji ini dibangun pada tahun 1532 oleh Portugis dan diberi nama Benteng San Jao. Namun karena insiden pembunuhan Sultan Khairun dari Ternate, Portugis diusir dari Pulau Ternate oleh Kesultanan Ternate yang saat itu dipimpin oleh Sultan Babullah pada tahun 1575. Benteng ini kemudian dikuasai oleh pasukan Spanyol pimpinan Gubernur Don Pedro de Acuna yang datang dari Manila pada tahun 1606 yang ingin menguasai Pulau Ternate.
Pada tahun 1610, benteng ini diperkuat oleh Spanyol dengan menempatkan 27 prajuritnya dan 20 prajurit papangger (prajurit yang terdiri dari orang-orang Filipina) lengkap dengan 6 meriam beserta amunisinya. Benteng ini kemudian diberi nama Santo Pedro Y Paulo, untuk menghormati Gubernur Pedro. Benteng ini oleh Spanyol selain digunakan untuk mengawasi perairan antara Pulau Ternate dan Tidore, benteng ini juga memiliki peran sebagai basis militer, jika kondisi laut sedang tenang, armada-armada Spanyol yang berlayar dari Filipina dapat berlabuh di pesisir pantai sebelah selatan dari benteng ini yang sekaligus dapat memudahkan untuk melakukan mobilisasi prajurit dan logistik mereka ke benteng ini.
Benteng
yang berdenah trapesium ini berukuran 20 x 20 m berdiri di atas lahan dengan
luas sekitar 2.147, 25 m², dan berada pada ketinggian 50 m di atas permukaan laut.
Benteng yang konon terbilang megah ini kini telah runtuh. Bagian benteng yang
masih dapat disaksikan sekarang hanyalah bagian dinding luarnya yang tersusun
dari batu kali (andesit), batu karang, dan campuran pasir dengan kapur.
Sedangkan bagian dalam sudah tertimbun dengan tanah. Pada sisi timur benteng,
terdapat tangga yang mengarah naik ke atas benteng di mana di sekitar itu
terdapat semacam kolam yang telah mengering.
Benteng
ini di kemudian hari dikenal dengan sebutan Benteng Kota Janji hingga sekarang.
Dinamakan benteng Kota Janji karena benteng ini pernah menjadi saksi sebagai
tempat yang digunakan untuk melakukan perjanjian damai antara Sultan Khairun
dengan Gubernur Portugis saat itu, Diego Lopes de Muspito. Akan tetapi Portugis
ingkar, dan melakukan pengkhianatan dengan cara membunuh Sultan Khairun di
benteng Kastela yang tidak begitu jauh dari benteng Kota Janji ini.
Benteng
ini pernah direhabilitasi pada tahun 2004. Namun sebatas menyelamatkan daerah
yang menjadi kawasan cagar budaya dengan mempercantik kawasan tersebut sebagai
salah satu tujuan wisata. Di beri pagar yang mengelilingi benteng, dan taman. Sedangkan
wujud sesungguhnya benteng ini tidaklah berupa lagi. *** [161014]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar