Kalau
Bali terkenal dengan Pulau Seribu Pura, Lombok dengan Pulau Seribu Masjid, maka
Singkawang dikenal oleh para pelancong sebagai Kota Seribu Klenteng. Singkawang
yang memiliki luas 50.400 hektar dengan jarak sekitar 147 km dari Ibukota
Provinsi Kalimantan Barat, Pontianak, sepanjang jalan menuju Kota Singkawang
pasti akan menemukan banyak kuil khas Tionghoa, atau yang dikenal dengan
klenteng/vihara. Salah satunya adalah Klenteng Tri Dharma Bumi Raya.
Klenteng
Tri Dharma Bumi Raya terletak di Jalan Sejahtera, Kelurahan Condong, Kecamatan
Singkawang Tengah, Kota Singkawang, Provinsi Kalimantan Barat. Lokasi klenteng
ini berdekatan dengan Hotel Khatulistiwa I serta Hotel Putra Kalbar I, dan
tidak terlalu jauh dengan Masjid Raya Singkawang.
Awalnya,
klenteng ini hanyalah pondok sederhana yang dibangun pada tahun 1878 sebagai
tempat singgah orang Tionghoa yang ingin menambang emas di Monterado (sekarang
Kabupaten Bengkayang). Di tempat ini, mereka terkadang melakukan peribadatan
seadanya. Karena pada waktu itu, di Singkawang masih berupa hutan belantara, maka
mereka dalam peribadatan cenderung memuliakan Dewa Bumi Raya (Tua Peh Kong).
Kemudian datanglah seorang yang menguasai ritual keagamaan dari Tiongkok bernama Lie Shie dengan membawa patung Dewa Bumi Raya dari daratan Tiongkok. Pondok yang sederhana tadi akhirnya dirobohkan, dan dibangun klenteng yang lebih permanen pada tahun 1920. Tetapi sayang, pada tahun 1930 klenteng tersebut mengalami kebakaran yang mengakibatkan klenteng tersebut ludes dilalap si jago merah. Selang tiga tahun, klenteng tersebut kemudian dibangun kembali.
Mulanya
pembangunan kembali klenteng tersebut dilarang oleh Asisten Residen
Pemerintahan Kolonial Belanda di Singkawang kala itu karena letak klenteng
dianggap tidak sesuai dengan tata kota. Konon, istri Asisten Residen tersebut kemudian
bermimpi didatangi Tua Peh Kong
selama tiga malam berturut-turut meminta kepada istri Asisten Residen agar Tua Peh Kong dikembalikan ke tempatnya
semula agar tetap bisa menjaga Kota Singkawang tetap aman dan tentram. Setelah kejadian
itu, Asisten Residen tersebut bersedia memberikan izin.
Seperti
bangunan khas Tionghoa, klenteng ini juga didominasi warna merah, dan dihiasi
oleh ornamen-ornamen khas bangunan Tiongkok pada umumnya, seperti naga dan
patung berbentuk singa. Di bagian tengah dalam klenteng ini terdapat patung
Dewa Bumi Raya yang di samping kiri dan kanannya berdiri patung Dewa Kok Sin
Bong dan Dewa On Chi Siu Bong. Sementara di bagian tengah atas teradapat patung
Sang Buddha Gautama.
Klenteng
Tri Dharma Bumi Raya sebagai tempat peribadatan umat Tri Dharma ini diyakini
sebagai klenteng tertua di Kota Singkawang, sehingga mengacu pada nilai
kesejarahannya, oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Singkawang melalui Dinas
Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, klenteng ini ditetapkan sebagai
cagar budaya dengan Registrasi Daerah Nomor: 6172/S/0002, dan bangunan ini
dilindungi oleh UU Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar