Julukan
Paris van East Java kepada Kota
Malang bukanlah tanpa alasan. Alamnya yang indah, iklimnya yang sejuk, kotanya
bersih, kulinernya serta banyak bangunan bersejarah yang tersebar di
sudut-sudut kota. Salah satunya adalah Toko Oen yang legendaris, yang pada
gevel bangunannya terdapat tulisan Toko ˶Oen˝,
Restaurant Ice Cream Palace Patissier.
Toko
ini terletak di Jalan Basuki Rahmat No. 5 Kelurahan Kauman, Kecamatan Klojen,
Kota Malang, Provinsi Jawa Timur. Lokasi toko ini berada di sebelah utara Toko
Gramedia dan berseberangan jalan dengan Gereja Katolik Paroki Hati Kudus Yesus.
Begitu
masuk ke toko ini, suasana tempo doeloe
langsung terasa. Ada kursi rotan, ada kursi besi zaman dulu, dan terpampang
spanduk bertuliskan Welkom in Malang,
Toko Oen Die Sinds 1930 Aan De Gasten Gezelligheid Geeft.
Sejarah
Toko Oen (Chyntia Elsinta Indrawati, 2012: 50) bermula dari kiprah seorang ibu rumah tangga bernama
Liem Gien Nio, istri dari Oen Tjoen Hok di Yogyakarta pada tahun 1910, yang kerap membuat kue maupun ice cream ala Belanda di saat luang.
Kegemaran Liem Gien Nio dalam membuat kue dan ice cream di waktu luang tersebut mengilhaminya untuk mendirikan
sebuah toko yang bisa menjual kue dan ice
cream tersebut. Akhirnya, berdirilah Toko Oen. Liem Gien Nio menggunakan
nama depan suaminya, “Oen”, sebagai merek dagang.
Seiring dengan semakin banyaknya pelanggan, menunya pun juga berkembang dengan adanya masakan Eropa dan Tiongkok. Ketika nama Toko Oen mulai dikenal, Liem Gien Nio pun berusaha membuka toko di Yogyakarta (1910-1937) dan membuka cabang di Jakarta (1934-1973), Malang (1936-1990), dan Semarang (1936 hingga sekarang). Yang menjadi pelanggan pada umumnya orang Belanda, pribumi dari golongan atas dan Tionghoa karena masakan seperti jarang dijumpai dan cita rasanya cocok untuk lidah mereka.
Toko
Oen Malang menempati lokasi yang strategis yang dulu dikenal dengan sebutan
Kayutangan. Di depannya terdapat Gereja Katolik Paroki Hati Kudus Yesus (De Katholik Kerk in Malang) dan gedung Societeit Concordia (sekarang Mall
Sarinah). Lokasinya inilah yang menyebabkan Toko Oen di Malang mudah dikenali
oleh orang Belanda kala itu.
Pada masa itu, toko ini merupakan restoran terbesar di Kota Malang yang dijadikan sebagai tempat bekumpulnya orang-orang Belanda. Bahkan, pada waktu Konggres KNIP diselenggarakan di Malang pada 25 Februari 1947, toko ini menjadi tempat mangkal para peserta konggres se-Indonesia untuk beristirahat makan siang. Semasa pendudukan kembali Belanda pada Juli 1947, toko ini merupakan salah satu bangunan yang selamat dari pembumihangusan.
Namun
setelah salah satu anggota keluarga pengelola Toko Oen Malang meninggal dunia,
toko ini sempat dijual kepada pengusaha kayu di Malang yang kebetulan masih
keponakannya. Karena tidak mendapat pengolaan yang serius, toko ini kurang
berkembang. Pada tahun 1990, toko ini dijual kepada Danny Mugianto dan
dioperasikan terus oleh pemilik baru tersebut dengan tetap memakai nama “Oen”.
Toko
Oen Malang menyajikan berbagai macam masakan, baik masakan Indonesia maupun
beberapa masakan Belanda, seperti Rondo’s
(roti panggang dan salad), Toast
Crackers-Flying Sautchers, Sandwiches,
Appetizer, European Cuisine, Salads,
Steaks, Old Fashioned Ice Cream, yang merupakan ciri khas dari toko ini,
dan juga Indonesian Specialities, Oriental Cuisine yang merupakan
penambahan dikarenakan disesuaikan dengan keinginan konsumen. Selain itu, ada
juga roti dan kue kering yang menggunakan resep tradisional yang dipertahankan
sejak toko ini didirikan. Selain menyediakan berbagai macam makanan, Toko Oen
juga menjual berbagai souvenir,
seperti kaos, mug, dan lain-lain. Toko ini juga memberikan jasa yang dibutuhkan
para wisatawan, seperti mencari hotel di Malang maupun di Jawa Timur pada umumnya.
Toko
Oen Malang, selain terkenal akan kulinernya yang memiliki cita rasa tersendiri
juga menampilkan fasad bangunan yang mendapat pengaruh langgam Art Deco, sederhana dan geometris.
Penggunaan elemen geometris yang terlihat dari bentuk gevel dari Toko Oen yang
menghiasi fasad pada bagian atas menunjukkan salah satu ciri arsitektur Art Deco. Fasad pada bagian bawah,
dengan dominasi dari komposisi jendela, pintu, ventilasi dan tritisan yang merupakan salah satu
elemen dari bangunan sebagai elemen dekoratif dari fasad merupakan salah satu
ciri khas dari arsitektur modern di masa kolonial.
Mampirlah
ke Toko Oen bila sedang bepergian ke Malang. Anda akan menikmati sensasi
suasana heritage tempo doeloe bercitra kolonial, baik bangunannya dan sekaligus
kulinernya. *** [250415]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar