Gereja
merupakan salah satu bangunan tua yang bernilai historis. Perlunya belajar
sejarah melalui gereja dikarenakan gereja merupakan peninggalan sejarah dan
menjadi saksi dari kolonialisme Belanda di Kota Malang. Beberapa gereja tua
yang mencetak sejarah Kota Malang memang wajib untuk dikunjungi oleh para
wisatawan. Salah satu gereja lawas
yang memiliki memori historis adalah Gereja Katolik Paroki Hati Kudus Yesus,
atau biasa disebut sebagai Gereja Kayutangan. Disebut Gereja Kayutangan karena
gereja ini berdiri menjulang di ujung timur kawasan Kayutangan.
Gereja
ini terletak di Jalan Monseigneur Sugiyopranoto No. 2 Kelurahan Kidul Dalem,
Kecamatan Klojen, Kota Malang, Provinsi Jawa Timur. Lokasi gereja ini berada di
sebelah utara Mall Sarinah atau bersebarangan dengan Toko Oen.
Gereja Katolik Paroki Hadi Kudus Yesus dibangun pada akhir tahun 1905 dan merupakan gereja tertua di Kota Malang. Bangunan gereja ini merupakan hasil rancangan arsitek Ir. Marius J. Hulswit. Hulswit adalah arsitek tamatan Kunstniverheidschool Quellinus (Sekolah Seni Rupa Quellinus) di Amsterdam. Pada tahun 1876, ia bekerja di firma arsitektur milik Petrus Josephus Hubertus Cuypers (paman dari Eduard Cuypers yang kelak menjadi rekan kerjanya di Hindia Belanda). Di Belanda, Hulswit terlibat dalam pembangunan Rijkmuseum Amsterdam, dan juga mengajar di Sekolah Seni Rupa Quellinus yang dikepalai oleh P.J.H. Cuypers.
Pada tahun 1880, Hulswit pergi ke Hindia Belanda selama lima tahun, kemudian pada tahun 1890 ia kembali lagi ke Hindia Belanda. Ia sempat menetap di Surabaya sampai tahun 1895, sesudah itu ia pindah ke Batavia yang kemudian mendirikan biro arsitek bersama rekan-rekannya. Sebelum tergabung ke dalam biro arsitek, ia merancang Gereja Katedral (1901) di daerah yang dulu bernama Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng). Setelah menyelesaikan Gereja Katedral tersebut, Hulswit pergi ke Malang untuk mengerjakan Gereja Katolik Paroki Hati Kudus Yesus.
Sebelum
dijadikan sebuah gereja, Gereja Katolik Paroki Hati Kudus Yesus merupakan
tempat darurat yang sewaktu-waktu dapat digunakan apabila diperlukan. Kemudian
pada bulan Juni 1897 stasi Malang secara resmi lepas dari stasi Surabaya dan
usaha perbaikan gereja dilakukan agar dapat menampung orang-orang yang pergi ke
gereja, di saat Malang masih menjadi daerah bagian dari Karesidenan Pasuruan.
Dilihat dari fasad bangunannya, gereja ini mengambil gaya Neo-Gothic sebagai ide gagasan desainnya. Sementara Neo-Gothic sendiri adalah gaya arsitektur yang berkembang di Belanda pada saat itu. Langgam Neo-Gothic ditunjukkan dengan penggunaan lancet, tracery, rose window, pointed arch dan menara. Namun, di Gereja Katolik Paroki Hati Kudus Yesus ini juga terdapat penyesuaian arsitekturalnya dengan kondisi geografis lokal. Keindahan arsitekturnya sangatlah memukai mata.
Pada
tampilan depan tampak pintu utama gereja yang tinggi dengan lengkungan yang
khas. Di kanan kiri pintu tersebut terdapat dua tower ciri khas gereja Neo-Gothic. Pada waktu awal pembangunan
gereja ini belum memiliki menara, namun pada tanggal 14 Desember 1930 didirikan
dua menara dengan pemberkatan dari Monseignur Clemens van der Pas.
Di
dalam gereja terdapat prasasti yang ditulis dalam bahasa Belanda yang artinya
“Gereja ini dipersembahkan kepada hati Kudus Yesus, didirikan berkat kemurahan
hati Monseigneur Edmundus Sijbrandus (ES) Luypen, dirancang oleh Marius J. Hulswit
dan semasa penggembalaan romo-romo Godefriedus Daniel Augustinus (GDA)
Joncbloet dan FB Meurs pada tahun 1905, dilaksanakan pemborong YM. Monseigneur ES
Luypen, Uskup Tituler dari Eropa, Vikaris Apostolik dari Batavia”.
Sampai
saat ini, Gereja Katolik Paroki Hati Kudus Yesus ini masih berdiri kokoh dan
menjulang. Sejak awal didirikan hingga saat ini bangunan gereja tersebut tidak
mengalami perubahan, bentuk bangunan dan gaya arsitekturalnya tetap sama
seperti awal berdirinya. Nilai historis yang dimilikinya telah mewarnai dan
sekaligus menjadi landmark tersendiri
bagi Kota Malang. *** [250415]
Kepustakaan:
Andrei Yusuf Ajie Wibowo, 2008. Kajian Fenomenologi Rose Window pada Gereja Paroki
Hati Kudus Yesus Malang, dalam DIMENSI INTERIOR Vol. 6 No. 1, Juni 2008
Idham Maulana, 2009. Bentuk dan Gaya Bangunan Panti Asuhan (weeshuis) Vincentius Putra
Jakarta, dalam Skripsi di Program Studi Arkeologi, FIB UI
Malang Documentary Board, Yayasan Inggil 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar