Stasiun
Kereta Api Wonokromo (WO) merupakan salah satu stasiun kereta api besar yang
berada di Kota Surabaya, selain Stasiun Kereta Api Gubeng, Surabaya Kota, dan
Pasar Turi, yang berada di bawah naungan PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
Daerah Operasi (Daop) VIII Surabaya.
Stasiun
yang berada pada ketinggian +7 m ini terletak di Jalan Stasiun Wonokromo No. 1
Kelurahan Jagir, Kecamatan Wonokromo, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur.
Lokasi ini tepat berada di depan Pasar Grosir Wonokromo atau yang dikenal
dengan Darmo Trade Center.
Berdasarkan catatan sejarah yang ada, pada saat Baron Goltstein menjabat sebagai menteri jajahan, dikeluarkan undang-undang untuk melaksanakan pembangunan jalur kereta api antara Surabaya-Pasuruan-Malang. Jalur kereta api ini merupakan pekerjaan konstruksi pertama dari Staatspoorwegen (SS), perusahan kereta api yang dikelola negara. Dalam pengawasannya, Pemerintah Hindia Belanda mempercayakan kepada David Maarschalk, yang merupakan mantan kolonel zeni Belanda yang memiliki keahlian dibidang civil engineering.
Pembangunannya
dilakukan secara bertahap. Jalur pertama yang dikerjakan terlebih dahulu adalah
jalur yang menghubungkan Surabaya dengan Pasuruan dengan memakan waktu sekitar
dua tahun, yang dimulai pada tahun 1876 dan diresmikan secara meriah oleh J.W.
Van Lansberge, Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada 16 Mei 1878 di Stasiun
Kereta Api Surabaya Kota atau Stasiun Semut. Termasuk di dalam jaringan rel
kereta api tersebut adalah Stasiun Kereta Api Wonokrono, atau biasa disebut
dengan Stasiun Wonokromo.
Awal peresmian tersebut, bangunan Stasiun Wonokromo yang dibangun masihlah sangat sederhana. Stasiun ini memang dibangun untuk menunjang mengalirnya hasil perkebunan dari daerah sekitar Surabaya, seperti Pasuruan, sebelum dikapalkan melalui pelabuhan ke Eropa. Kemudian pada tahun 1894, stasiun ini menjadi persilangan yang besar yang terhubung dengan jalur kereta api Surabaya-Solo yang terus menyambung ke Batavia.
Tak
hanya itu, ketika kilang Wonokromo dibangun pada tahun 1889 setelah ditemukan
minyak di daerah konsesi Jabakota dekat Surabaya oleh De Dordtsche Petroleum Maatschappij (1887) dan menghasilkan minyak
pelumas juga, Stasiun Wonokromo semakin menjadi ramai karena stasiun digunakan
sebagai stasiun untuk mendistribusikan hasil minyak dan pelumas tersebut ke
sejumlah daerah.
Seiring
perjalanan waktu, Stasiun Wonokromo tidak lagi hanya digunakan untuk
mendistribusikan hasil perkebunan maupun minyak, namun juga menjadi tempat
mengangkut dan menurunkan penumpang. Maka pada tahun 1901, bangunan stasiun
yang sederhana diperbaiki dan diperluas, lalu pada tahun 1918 dilakukan
renovasi Stasiun Wonokromo, dan langgam aristektur yang bisa disaksikan
sekarang ini adalah hasil renovasi tersebut.
Kini,
Stasiun Wonokromo semakin ramai karena menjadi pintu menuju ke Surabaya dari
arah selatan. Banyak kereta api kelas ekonomi dan commuter line yang meramaikan aktivas di stasiun ini. Selain itu,
stasiun ini juga ditetapkan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya sebagai
bangunan cagar budaya (BCB) sesuai dengan Surat Keputusan Walikota Surabaya No.
188.45/504/436.1.2/2013, dan pihak PT. Kereta Api Indonesia (Persero) juga
melengkapi plakat yang dipasang oleh Pemkot Surabaya dengan membuat prasasti
yang dipasang di bawah plakat dengan mempertegas bahwa bangunan Stasiun
Wonokromo ini merupakan bangunan bersejarah milik PT. Kereta Api Indonesia
(Persero) yang dilindungi oleh Undang-Undang Cagar Budaya. *** [250415]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar