Agenda
jalan-jalan ke Lamongan dengan mencoba naik sepur KRD dari Stasiun Pasar Turi
tidak jadi terlaksana lantaran sudah tidak ada tempat lagi. Memang, hari itu
penuh sesak karena hari itu Hari Kenaikan Isa Al Masih (14/05).
Kegagalan
ini tidak membuat sedih, karena waktu yang telah diagendakan bisa digunakan
untuk beraktivitas yang lainnya. Akhirnya, menemani kawan untuk mencari mensin
pompa air dengan menyusuri Kawasan Kembang Jepun Surabaya dengan rasa
pesimistis karena pada hari itu merupakan tanggal merah, yang artinya banyak
toko yang tutup.
Pucuk
dicinta ulam tiba, saat berkendara dengan motor Mio warna merah melintas Jalan
Kembang Jepun terdapat beberapa toko yang buka. Kemudian, kawan tadi berhenti
untuk survey harga dulu di Toko Sumber Rejeki. Sambil menunggu kawan menanyakan
harga, saya memandangi bangunan berarsitektur khas pada deretan toko yang
terdapat di depan Toko Sumber Rejeki. Bangunan khas berlantai dua itu adalah
Toko Angkasa Mesin.
Toko
Angkasa Mesin ini terletak di Jalan Kembang Jepun No. 25-27 Kelurahan
Bongkaran, Kecamatan Pabean Cantikan, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur.
Lokasi toko ini berada di Kawasan Kembang Jepun yang cukup terkenal di Kota
Surabaya.
Toko Angkasa Mesini ini menarik perhatian saya karena bangunan tersebut agak berbeda dengan deretan toko yang lainnya. Bangunan toko ini memiliki langgam Indische Empire yang dipadukan dengan arsitektural Tiongkok yang tercermin dari bangunan paling atasnya, semacam klenteng.
Menurut
Sin, seorang Tionghoa yang tinggal di depan Toko Angkasa Mesin, dulu bangunan
tersebut merupakan gedung yang dipergunakan untuk perkumpulan orang Tionghoa
dalam mengurusi perdagangan. Diperkirakan gedung tersebut dulunya merupakan
Kantor Kamar Dagang Tionghoa. Bahkan, dalam literatur lawas menyebutkan bangunan tersebut sempat menjadi gedung Konsulat
Jenderal China sebelum tahun 1965. Namun, setelah meletus G30S pada tahun 1965,
gedung yang berbau China “diambilalih” oleh pemerintah.
Selang
vakum 4 tahun, setelah mengadakan rapat gabungan pada 5 Desember 1969, tercetus
tentang dibentuknya Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Perwakilan Tingkat I Jawa
Timur yang sekaligus menyatukan kedua kamar maupun anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga dengan Ketua Umum Re Djumadi Djukardi. Penetapan itu juga ditandai
dengan penyatuan kantor sekretariat yang mulanya berkumpul di Kantor Pertamina,
Jalan Jagir No. 88 Wonokromo pindah ke Jalan Kembang Jepun No. 25-27.
Kepindahan tersebut ditetapkan dalam surat nomor dch 4265/71/b.b tanggal 23 Desember 1971 yang diperkuat oleh
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur, HRP Muhammad.
Kemudian,
ketika pimpinan Kadin Jawa Timur dipegang oleh Ir. Muchayat, gedung Kadin Jawa
Timur dipindahkan dari Kembang Jepun ke Bukit Darmo. Setelah ditinggalkan tersebut
entah kenapa bangunan tersebut sekarang berubah menjadi toko yang menjual
genzet, pompa air dan alat-alat pertanian, Dongfeng, Yanmar, Kubota, Honda,
Yamaha, Cakra, Yamato, dan lain-lain.
Dilihat
dari fasad bangunannya, gedung megah ini tampak kurang terawat. Namun, masih
beruntung karena di depan telah dipasang papan berwarna putih bertuliskan:
“Bangunan Cagar Budaya Kadin (Kamar Dagang dan Industri)”. Penetapan sebagai
cagar budaya ini sesuai Surat Keputusan (SK) Wali Kota Surabaya No. 188.45/004/402.1.04/1998
dengan nomor urut 48, dan pengelolaannya berada di bawah kewenangan Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya (Tahun 2008). *** [140515]
Kepustakaan:
www.kadinjati.or.id/tentang-kadin-jatim/
https://m.facebook.com/surabayatempodulu/photos/a.10151526599126445.1033741826.263449086444/10152789226411448/
www.surabayapagi.com/index.php?read˞Ir.Muchayat,-Jual-Tanah-Waris
Tidak ada komentar:
Posting Komentar