Diajak
teman – Mugi Gumanti namanya - nyadran
ke Kediri memberi pengalaman tersendiri. Menginap di Pare semalam dulu sebelum
mengunjungi makam orangtua teman di Kota Kediri. Jarak antara Pare dengan Kota
Kediri sekitar 25 kilometer, namun karena perjalanannya dikemas dengan acara
berkeliling Kota Kediri maka perjalanan tersebut makin mengasyikan saja. Banyak
yang bisa disaksikan sepanjang perjalanan dengan menggunakan mobil.
Ketika
lepas dari Kampung Inggris, mobil melintasi bangunan kuno yang khas dan menarik
perhatian kami. Bangunan kuno tersebut adalah Rumah Sakit (RS) HVA
Toeloengredjo. Rumah sakit ini terletak di Jalan Achmad Yani No. 25 Kelurahan
Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur. Lokasi rumah
sakit ini berada di pinggir jalan raya menuju ke Jombang.
Menurut
catatan historis yang ada, RS HVA Toeloengredjo didirikan pada tahun 1908 oleh
perusahaan pedagangan di bidang perkebunan swasta milik orang Belanda yang
bernama NV. Handels Vereeniging Amsterdam
(HVA). Sesuai yang membuatnya, maka nama rumah sakit tersebut dinamai RS HVA
Toeloengredjo. Artinya, rumah sakit yang dibangun oleh NV. Handels Vereeniging Amsterdam yang berlokasi di Tulungrejo.
Perusahaan Handels Vereeniging Amsterdam merupakan perusahaan perdagangan di bidang perkebunan yang memfokuskan usaha bisnisnya pada industri gula, molase dalam bentuk alkohol yang digunakan untuk rumah sakit, spiritus, dan tembakau. Kediri saat itu menjadi kota strategis karena menjadi pusat pertanian, perkebunan dan industri. Perusahaan HVA ini memiliki beberapa perusahaan pabrik gula (PG) yang berada di Kediri, yaitu PG Meritjan dan PG Pesantren. Hal inilah yang menjadikan RS HVA ini didirikan di Pare, Kediri karena memang dibangunnya rumah sakit tersebut digunakan untuk memfasilitasi pelayanan kesehatan bagi karyawan pabrik gula maupun perkebunan milik HVA yang ada di Kediri.
Seiring
perjalanan sang waktu, RS HVA Toeloengredjo kini menjadi rumah sakit milik PT
Perkebunan Nusantara (PTPN) X. PTPN X didirikan berdasarkan Peraturan
Pemerintah RI No. 15 tanggal 14 Februari 1996 tentang pengalihan bentuk Badan
Usaha Milik Negara dari PT Perkebunan (Eks PTP 19, Eks PTP 21-22 dan Eks PTP
27) yang dilebur menjadi PTPN X (Persero) dan tertuang dalam Akte Notaris Harun
Kamil, SH No. 43 tanggal 11 Maret 1996 yang mengalami perubahan kembali sesuai
Akte Notaris Sri Eliana Tjahjoharto, SH No. 1 tanggal 2 Desember 2011. Namun
terhitng mulai tanggal 19 januari 2013, RS HVA Toeloengredjo resmi menjadi
salah satu Strategic Business Unit
(SBU) PTPN X yang dikelola oleh PT Nusantara Medika Utam, yang juga membawahi
RS Gatoel di Mojokerto dan RS Perkebunan di Jember.
Sebagai SBU PTPN X, RS HVA Toeloengredjo diarahkan menjadi suatu unit perusahaan yang berdiri sendiri dan diukur atau dihitung dalam arti profit/lose mengarah ke profit center. Oleh karena itu, RS HVA Toeloengredjo sekarang ini tidak hanya menangani pasien dari karyawan pabrik gula atau karyawan lainnya yang berada di bawah PTPN X sebagai penjelmaan Handels Vereeniging Amsterdam (baca: nasionalisasi) seperti awal berdirinya tapi menjelma menjadi rumah sakit umum. Sehingga, RS HVA Toeloengredjo berkomitmen untuk terus memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. Berbagai keunggulan rumah sakit ini terus dikembangkan, di antaranya layanan dokter 24 jam, dokter spesialis on call 24 jam, peralatan modern, layanan ambulance 24 jam, UGD dan layanan penunjang medis serta apotek 24 jam. Selain itu, RS HVA Toeloengredjo juga merupakan pusat rujukan Bedah Orthopedi, Bedah Urologi dan Bedah Plastik. Poli Spesialis lengkap serta didukung oleh dokter spesialis yang profesional dan on call 24 jam. Maka wajar, bila RS HVA Toeloengredjo saat ini merupakan salah satu rumah sakit terbaik di Pare.
Mengunjungi
RS HVA Toeloengredjo ini memang terasa nuansa kolonialnya. Karena rumah sakit
yang memiliki luas bangunan 9.907 m² yang berdiri di atas lahan seluas
25.111 m²
ini masih mempertahankan bangunan peninggalan di masa Hindia Belanda tersebut
meski ada beberapa penambahan di areal tersebut namun tanpa menghilangkan
bentuk aslinya.
Nuansa
klasik ini memang sengaja masih dipertahankan oleh pihak pengelola agar rumah
sakit tersebut tidak hilang sisi historisnya sebagai warisan budaya di masa
Hindia Belanda. Hanya saja pihak pengelola juga jeli terhadap para konsumennya,
untuk menghilangkan kesan seram oleh bagian tata ruang diberikan
ornamen-ornamen modern yang indah dengan tujuan menghilangkan kesan “wingit” tersebut tanpa menghilangkan
kesan klasiknya. Bisa dikatakan rumah sakit ini memiliki nuansa hotel dengan
beragam tipe kamar sesuai kebutuhan pasien. Ruang kamar didesain sedemikian
rupa untuk kenyamanan pasien dan juga keluarga.
Melihat
perjalanan historis yang dimiliki, RS HVA Toeloengredjo ini tergolong bangunan
cagar budaya (BCB) yang perlu dijaga kelestariannya karena sarat nilai penting
akan sejarah Pare, dan kedepannya bisa dikembangkan menjadi wisata heritage (heritage tourism) di Kabupaten Kediri. *** [240515]
Artikel-nya bagus sekali
BalasHapusJangan lupa kunjungi halaman ini
http://mesinantrianmakingsolution.blogspot.co.id
http://alatskpberkualitas.blogspot.co.id
--------------------------
IT Marketing
PT Cendana Teknika Utama
0813 1020 7780
RS HVA berdiri tahun 1908, berarti berdirinya lebih dulu RS Gambiran. Melihat dari sejarahnya RS Gambiran didirikan pada tahun 1875.
BalasHapus