Arca
Totok Kerot merupakan rangkaian dari perjalanan keliling Kediri sebelum
mencapai Rumah Sakit (RS) HVA Toeloengredjo yang menjadi kunjungan terakhir.
Arca Totok Kerot adalah arca atau patung yang cukup besar terbuat dari batu
andesit, dan masih menyimpan misteri.
Arca
ini terletak di Desa Bulupasar, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa
Timur. Lokasi arca ini berada satu kilometer dari simpang lima gumul yang mulai
menjadi ikon di Kabupaten Kediri, atau sekitar 11 kilometer arah selatan
Petilasan Sri Aji Jayabaya.
Menurut
ceritera rakyat setempat, arca ini merupakan penjelmaan putri cantik, anak
demang di Lodaya, Blitar, yang memiliki kesaktian. Sang putri berkeinginan
pergi ke Pamenang untuk diperistri oleh Prabu Jayabaya yang tersohor akan
kedigdayaannya kendati dilarang oleh orangtuanya. Lalu, berangkatlah sang putri
tersebut ke negeri Pamenang, di mana Prabu Jayabaya bertahta.
Sayang impian sang putri itu tidak terwujud karena Prabu Jayabaya menolak untuk memperistrinya. Akhirnya, terjadi perang tanding di antara keduanya. Karena kalah sakti, sang putri mulai terdesak. Saat itulah, Prabu Jayabaya mengeluarkan sabda dengan menyebut sang putri memiliki kelakuan seperti buto (raksasa), dan berubahlah sang putri menjadi arca berbentuk buto. Arca ini kemudian dikenal dengan Totok Kerot. Totok, dalam bahasa Kawi berarti kutukan, dan kerot adalah suara gigi yang beradu saat mengumbar marah.
Dulunya,
arca ini terbenam di dalam tanah di persawahan milik warga selama ratusan
tahun, dan baru ditemukan oleh penduduk pada tahun 1981. Kemudian baru tahun
1983, arca tersebut tergali secara utuh. Konon, arca yang menghadap ke barat
ini pernah dipindahkan ke alun-alun Kediri akan tetapi kemudian balik lagi ke
tempat asalnya.
Bila
dilihat dari bentuknya, arca Totok Kerot merupakan arca Dwarapala. Dwarapala
adalah patung penjaga gerbang atau pintu dalam ajaran Siwa dan Buddha,
berbentuk manusia atau monster (buto).
Biasanya Dwarapala diletakkan di luar candi, kuil atau bangunan lain untuk
melindungi tempat suci atau tempat keramat di dalamnya. Penulis pernah melihat
arca Dwarapala sebesar ini di Singosari dan Candi Plaosan. Di Singosari,
diyakini sebagai arca Dwarapala terbesar di Jawa, dan kembar. Menurut penduduk
setempat di sana, arca Dwarapala tersebut diperkirakan sebagai pintu gerbang ke
Kraton Singosari. Sedangkan, yang berada di Candi Plaosan yang sudah ada sejak
abad ke-9 untuk melindungi Candi Plaosan sebagai tempat ibadah umat Buddha.
Tak
seperti di Singosari maupun Plaosan, arca Totok Kerot masih menyimpan tanda
tanya secara arkeologis. Lokasinya yang menyendiri di tengah persawahan yang
saat penulis berkunjung sedang ditanami jagung, menunjukkan tidak lazim. Lalu,
arca Dwarapala pada umumnya buto berkelamin laki-laki tapi arca Totok Kerot
berkelamin perempuan. Dua pertanyaan inilah yang masih menggelayuti sejumlah
arkeolog akan tabir dari arca tersebut. ***
[240515]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar