The Story of Indonesian Heritage

Jembatan Lesti Dampit

Sewaktu melakukan monitoring SMARTHealth di Majangtengah, Dampit, saya selalu melewati Jalan Raya Turen-Dampit. Beberapa kali melintas jalan ini ternyata suatu ketika saya melihat sisa-sisa pondasi jembatan lawas untuk lewat sepur di atas Sungai Lesti, anak Sungai Brantas. Sungai Lesti berhulu di lereng Gunung Semeru dan bermuara di Sungai Brantas dekat Sengguruh, Kepanjen.
Jembatan sepur itu dikenal dengan Jembatan Lesti (Spoorbrug op de Lesti-rivier bij Dampit-Malang). Jembatan ini terletak di perbatasan antara Kecamatan Turen dan Kecamatan Dampit di Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Sebelah barat sungai masuk wilayah administratif Desa Talok, Kecamatan Turen, dan yang sebelah timur masuk dalam wilayah adminstratif Desa Rembun, Kecamatan Dampit. Lokasi jembatan sepur ini berada 3 kilometer sebelah timur Kecamatan Turen.



Pembangunan jembatan ini berkaitan dengan adanya proyek pembangunan jalur trem Gondanglegi-Talok-Dampit sepanjang 15 kilometer. Pengerjaan jalur trem ini dilakukan oleh Malang Stoomtram Maatschappij (MSM) dimulai pada tahun 1898 dan selesai pada tahun 1899. MSM adalah perusahaan kereta api swasta Hindia Belanda yang dahulu mengoperasikan jalur trem di sekitar Kabupaten Malang. Perusahaan kereta api (Spoorwegmaatschappij) ini mendapat konsensi pada tahun 1894 dari Pemerintah Hindia Belanda untuk mengerjakan jalur trem (tramwegnet). Konstruksi dilakukan dari tahun 1897 sampai dengan tahun 1908 dengan menghasilkan jalur trem sepanjang 85 kilometer.



Jalur trem sepanjang 15 kilometer tersebut, pembangunannya dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah Gondanglegi-Talok sejauh 7 kilometer yang selesai pada tahun 1898. Kemudian dilanjutkan pembangunan tahap kedua, yaitu Talok-Dampit yang selesai pada tahun 1899. Untuk pembangunan Jembatan Lesti masuk dalam pembangunan tahap kedua. Jadi, Jembatan Lesti selesai dibangun pada tahun 1899. Jembatan trem ini ada di sebelah selatan jembatan jalan umum di perbatasan Kecamatan Turen dan Kecamatan Dampit. Sekarang jembatan trem itu sudah tidak utuh lagi tetapi konstruksi tiang batu yang besar itu masih terlihat berdiri kokoh.



Jembatan ini pernah menjadi fenomenal ketika muncul kartu pos yang memotret Jembatan Lesti pada masa Hindia Belanda dulu. Di kartu pos itu tidak tertera tahunnya, namun ada tulisan yang menerangkan gambar pada kartu pos itu. Dalam buku Sepoer Oeap di Djawa Tempo Doeloe (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2017, hal. 258), Olivier Johannes Raap mengisahkan bahwa dulu di jalur trem terlihat rangkaian trem sedang bergerak dari Dampit menuju Malang atau sebaliknya. Satu gerbong barang bersama dua gerbong penumpang dihela oleh sebuah lokomotif seri B17/B24. Lokomotif beroda empat buatan pabrik Hohenzollern (Jerman) ini menggunakan bahan bakar kayu jati atau batu bara dan dapat melaju hingga kecepatan maksimum 30 kilometer per jam.
Ada beberapa tipe lokomotif bentuk kotak yang dulu dipekerjakan oleh berbagai perusahaan kereta api di Jawa. Tipe-tipe kotak itu agak mirip satu dengan yang lainnya. Lokomotif MSM inilah yang paling besar dengan panjang 5,9 meter. Dari 13 lokomotif yang dibeli pada periode 1897-1911, saat ini hanya tersisa satu unit yaitu B1706 yang dipajang di Museum Transportasi di Jakarta. *** [240618]
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami