The Story of Indonesian Heritage

Gedung Mesiu

Dari Istana Ali Marhum Kantor, sopir becak mengajak kami melanjutkan lagi perjalanan di Pulau Penyengat. Kunjungan berikutnya adalah melihat bangunan lawas yang bernama Gedung Mesiu. Gedung ini terletak di Jalam YDM. Raja Abdurrahman, Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau. Lokasi gedung ini berada di sebelah timur Kompleks Makam Raja Abdurrahman Yang Dipertuan Muda Riau VII, atau barat laut Masjid Raya Sultan Riau ± 1 kilometer.
Menurut catatan sejarah yang ada, gedung ini dulunya merupakan tempat penyimpanan (gudang) mesiu. Mesiu adalah bahan kimia yang mudah meledak, biasanya berupa bubuk, dipakai untuk mengisi peluru. Oleh karena itu, gedung ini oleh masyarakat sekitar disebut juga dengan Gedung Obat Bedil.
Saat ini hanya tersisa satu dari empat gedung yang seharusnya tersebar di Pulau Penyengat. Yang lainnya sudah rata dengan tanah. Konon, gedung-gedung mesiu itu dibangun untuk menyuplai bahan peluru meriam maupun senapan di benteng-benteng yang ada di Pulau Penyengat, yaitu Benteng Bukit Kursi, Benteng Tanjung Nibung, dan Benteng Bukit Penggawa. Kala itu benteng-benteng tersebut dijadikan basis pertahanan oleh Kerajaan Riau Lingga.


Keberadaan benteng-benteng tersebut terkait dengan dinamika kesejarahan Kerajaan Melayu di Semenanjung Malaya. Hal ini membuktikan bahwa permukiman di Pulau Penyengat memiliki peranan penting dalam perkembangan Kesultanan Melayu Johor-Riau-Lingga yang mengalami perpindahan pusat pemerintahan yaitu Johor, Hulu Sungai Riau, Daik dan Penyengat.
Perpindahan dari Johor ke Hulu Sungai Riau disebabkan konflik politik dalam Kesultanan Melayu Johor-Riau, antara Raja Kecik dengan para penguasa Kerajaan Melayu Johor-Riau. Raja Kecik adalah pendiri Kesultanan Siak, yang keberadaannya terkait dengan Kota Siak Sri Indrapura di Provinsi Riau.
Pada awal abad ke-17 Raja Kecik dan pasukannya membangun lokasi pertahanan di Pulau Penyengat untuk menyerang Kerajaan Melayu Johor-Riau-Lingga yang berpusat di Hulu Sungai (Kepulauan Riau). Menjelang abad ke-18, permukiman di Pulau Penyengat menjadi basis pertahanan Raja Haji Fisabilillah untuk melawan pasukan VOC yang berada di Semenanjung Malaya.


Ketika Raja Ali bin Raja Ja’far bin Raja Haji Fisabilillah bin Opu Daeng Celak dinobatkan menjadi Yang Dipertuan Muda Riau VIII (1845-1857), masa pemerintahannya tercatat sebagai masa pembangunan fisik yang pesat. Beliau juga melalukan pembenahan terhadap benteng-benteng dan gedung (gudang) mesiu di Pulau Penyengat untuk melanjutkan peperangan.
Gedung Mesiu berdenah empat persegi, berukuran 13 x 12 m dan bergaya Eropa. Bangunan tersebut dikelilingi oleh tembok setinggi 1,65 cm dan tebalnya 20 cm. Pintu gerbang terletak lurus di depan pintu bangunan. Pintu hanya satu buah berukuran lebar 60 cm berbentuk lengkung pada bagian atasnya. Tinggi bangunan 3 m dan tebalnya 25 cm. Di samping bangunan terdapat sebuah jendela berjeruji besi dengan bentuk persegi panjang. Langit-langit dan atapnya terbuat dari semen (beton).
Atap gedung bagian depan berbentuk setengah lingkaran, sedangkan bagian belakang bertingkat tiga. Di antara atap bawah dan atas dibatasi oleh dinding dengan lubang angin di keempat sisinya. Atap tingkat 2 dan 3 seperti kubah dan di puncaknya makin ke atas makin mengecil.   
Pada tahu 1982/1983 telah dilaksanakan pemugaran Gedung Mesiu oleh Proyek Pemugaran dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Riau. Kemudian Pemerintah menetapkan Gudang Mesiu ini sebagai benda cagar budaya dengan Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 9 tahun 2003, dan telah tercatat dalam arsip Pemerintah Kota Tanjungpinang dengan Nomor Inventaris Cagar Budaya 39/BCB-TB/C/01/2007. *** [210918]

Kepustakaan:
Indonesia. Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala. (1996). Hasil pemugaran dan temuan benda cagar budaya PJP I. Jakarta: Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Rijal, M., Setioko, B., & Sardjono, A.B. (2018). Pertumbuhan Permukiman Pesisir Di Pulau Penyengat. http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi_Artikel_903244788109.pdf
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami