Sebuah daerah di tepi Sungai Ciliwung, yang dikenal dengan sebutan Pasar Ikan ini, sejak zaman kolonial Belanda telah menjadi daerah yang cukup penting dan merupakan cikal bakal dari perkembangan kota Jakarta sekarang. Pasalnya, di lokasi ini terdapat pelabuhan yang menjadi salah satu pintu gerbang menuju kota. Bandar Pasar Ikan pernah pula menjadi bagian dari serangkaian jaringan perniagaan Asia. Di kawasan ini dibangun pula kubu pertahanan yang disebut Culemborg dan galangan kapal, gudang, serta Menara Syahbandar.
Pada tahun 1631, Pasar Ikan yang terdapat di seberang timur sungai, masih merupakan bagian dari pasar daging yang bangunannya dari bambu beratap. Enam tahun kemudian dipindahkan ke pinggir sungai sebelah barat, berhadapan dengan lapangan luar kastil. Sebelum tahun 1739, penjualan ikan tidak diizinkan di luar Pasar Ikan, tetapi kemudian diperbolehkan dengan memberikan satu ketip kepada tengkulak sayuran dan pemilik-pemilik toko.
Kini, di antara pemukiman penduduk yang padat di Jalan Pasar Ikan, masih berdiri bangunan kuno yang sebelumnya merupakan kompleks gudang yang dibangun VOC tahun 1652, yang menjadi tempat menyimpan perolehan hasil bumi sebelum dikirim ke Belanda. Bangunan tersebut pada 7 Juli 1977 diresmikan sebagai Museum Bahari. Fungsinya sebagai tempat untuk melestarikan, memelihara, merawat, dan menyajikan koleksi-koleksi yang berhubungan dengan kebaharian bangsa Indonesia. Sekarang, Museum Bahari yang berlokasi strategis sebagai ujung tombak kebaharian kota Jakarta itu memiliki lebih dari 1.835 koleksi. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar