Pada
bulan November 1936 seorang penduduk desa sedang menggali tanah untuk mencari
batu untuk bahan bangunan, tetapi cangkulnya justru menemukan sebuah arca batu
yakni arca Ganesha.
Penemuan
ini kemudian ditindak lanjuti oleh Dinas Purbakala dengan melakukan sejumlah
ekskavasi arkeologis. Dari penggalian ini diketahui bahwa di lokasi temuan arca
Ganesha tersebut ternyata terdapat sisa sebuah bangunan candi yang telah runtuh
dan terpendam tanah.
Selain
temuan berupa bangunan juga ditemukan sejumlah artefak-artefak lain. Di
antaranya adalah wadah gerabah, kotak batu berlubang (peripih), lingga serta sejumlah arca dewa.
Candi
Gebang merupakan candi bercorak Hindu. Bangunan ini memiliki ukuran 5,25 x 5,25
m dengan tinggi 7,75 m. Bangunan candi menghadap ke arah timur dengan satu
bilik tanpa tangga masuk. Di dalam bilik tersebut terdapat sebuah yoni.
Di sisi kanan pintu masuk terdapat arca Nandiswara. Nandiswara adalah dewa penjaga arah mata angin. Ia sering dijumpai dengan Mahakala. Untuk arca Mahakala di Candi Gebang seharusnya berada di sisi kiri pintu masuk tetapi arca ini telah hilang semenjak candi ditemukan.
Secara
administratif, Candi Gebang terletak di Dusun Gebang, Desa Wedomartani,
Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, atau
tepatnya berada di belakang Stadion Maguwoharjo hanya saja terhalang oleh
sungai bila menuju candi tersebut dari arah stadion. Sedangkan secara
astronomis, bangunan Candi Gebang berada pada 110° 24’ 53.62” BT dan 07° 45’
04.01” LS.
Penamaan candi yang ditemukan pada tahun 1936 ini didasarkan pada lokasi candi itu berada, yakni di Desa Gebang. Penamaan sebuah candi selain dari keberadaannya, candi juga bisa dinamai berdasar legenda yang dikenal oleh masyarakat atau juga didasarkan pada penyebutan dari sebuah prasasti.
Pada
saat pertama kali ditemukan, Candi Gebang dalam kondisi runtuh total hanya
tersisa bagian kaki. Tampak jika Candi Gebang juga tertimbun endapan lahar
Merapi. Di wilayah Yogyakarta cukup banyak ditemukan bangunan candi yang
tertimbun oleh endapan vulkanik. Di antaranya Candi Kedulan, Candi Sambisari,
Candi Kadisoka serta Candi Morangan.
Masa
pendirian Candi Gebang belum bisa diketahui dengan pasti. Hanya berdasar ciri
arsitekturnya, agaknya Candi Gebang didirikan dari periode yang tua yakni
sekitar tahun ± 730 hingga 800 Masehi.
Ciri
arsitektur tersebut tampak pada relief kepala manusia di bagian atap candi yang
seolah-olah melongok dari sebuah jendela. Ciri semacam ini dinamakan dengan
Kudu. Relief Kudu juga dijumpai pada Candi Bima di kompleks percandian Dieng.
Setelah
selesai dipugar pada tahun 1940, terlihat bahwa sejumlah arca pengisi relung
pada tubuh bangunan kosong yakni di relung candi sisi utara dan selatan. Hanya
di sisi barat saja yang berisi arca Ganesha yang duduk di atas lapik berbentuk
yoni. Ganesha merupakan dewa penghilang segala marabahaya.
Sebagai
upaya pelestarian peninggalan sejarah dan budaya, maka di tahun 1937 hingga
1939 Candi Gebang dilakukan pemugaran oleh Dinas Purbakala (Oudheid Dienst) yang dipimpin oleh Prof.
DR. Van Romondt.
Saat ini kita sebagai generasi penerus sudah seharusnya untuk turut menjaga dan melestarikan peninggalan sejarah yang sangat berharga ini. *** [071012]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar