Candi
Singasari terletak di Desa Candirenggo, Kecamatan Singasari, Kabupaten Malang,
Provinsi Jawa Timur, atau sekitar 15 kilometer timur laut Kota Malang. Dari jalan raya Malang –
Surabaya sekitar 250 meter. Candi ini berada pada lembah di antara Pegunungan Tengger
dan Gunung Arjuna dengan ketinggian 512 di atas permukaan laut. Candi ini juga
dikenal dengan Candi Menara, nama yang menunjukkan bahwa Candi Singasari
merupakan candi tertinggi pada masanya.
Candi
ini ditemukan pada awal tahun 1900-an dalam keadaan sudah rusak, terutama pada
bagian puncak menara. Candi
ini merupakan petilasan Prabu Kertanegara, yang lokasinya tidak jauh dari
petilasan tempat mandinya Ken Dedes. Selain itu, tidak begitu jauh dari candi
juga ditemukan sepasang arca yang sangat besar, yaitu arca Gupala dan arca
Dwarapala. Kedua arca tersebut terbuat dari batu andesit utuh. Kedua arca yang
dibangun sangat besar, dan berujud raksasa (buta)
itu, oleh masyarakat setempat sering disebut sebagai Mbah Buta.
Candi Singasari dibangun berdenah empat persegi dengan ukuran 13,84 x 18,34 meter. Struktur candi ini terdiri atas batur (pondasi candi), badan candi, dan atap candi. Kaki candi ini memiliki keistimewaan bila dibandingkan dengan candi-candi lainnya, yaitu memiliki ruangan, bilik, dan memakai ‘penampil’ di setiap sisinya. Biasanya, keadaan yang demikian terdapat di badan candi. Pintu masuk berada di sebelah barat, diapit oleh relung-rekung kecil. Setiap ‘penampil’ kaki candi ditemukan relung-relung kecil yang berisi arca, serta memiliki atap sendiri-sendiri yang terpisah dengan badan candi, seperti mengitari atap pusat candi yang lebih tinggi. Kepala Kala menjadi hiasan setiap relung pintu.
Atap
utama candi terdiri atas tiga tingkatan. Teratas berwujud kubus, wujudnya atap
penampil sama dengan atap pusat. Sayangnya, atap tersebut telah ambruk. Pemugaran
candi dilakukan pada tahun 1934 dan selesai sampai tahun 1936, sehingga
berbentuk sekarang.
Berdasarkan Kitab Negarakertagama dan prasasti Gajah Mada (1351 M) yang terdapat di halaman kompleks candi, Candi Singasari merupakan tempat pendharmaan Raja Kertanegara, yaitu raja terakhir Kerajaan Singasari yang wafat pada tahun 1292 M, akibat penyerangan Jayakatwang. Pembuatan candi ini bersamaan dengan waktu diadakan upacara sraddha (upacara untuk memperingati 12 tahun sesudah Raja Kertanegara wafat) atau tahun 1304 M, masa pemerintahan Raden Wijaya (menantu Kertanegara yang merupakan pendiri Majapahit atau Raja Majapahit I).
Awalnya,
Candi Singasari terdiri atas 1 candi induk dan 5 bangunan suci lainnya (candi
perwara). Tetapi, 5 bangunan suci tersebut kini tinggal pondasinya saja.
Di
ruangan utama kaki Candi Singasari ditemukan yoni. Namun tidak begitu jelas
arca apa tadinya berada di ruangan tersebut, lantaran sekarang sudah kosong.
Arca Durga berada di relung sebelah utara. Ganesha berada di sebelah timur,
Agastya (selatan). Selain arca Agastya, semua arca Candi Singasari sekarang
berada di Museum Leiden, Belanda.
Pada tahun 1804, arca diambil dari candi, lalu pada tahun 1819 arca-arca tersebut dibawa ke Negara Belanda. Relung-relung di sebelah kanan kirinya pintu candi yang dulunya berisi arca Mahakala dan Nandiswara, sekarang juga sudah kosong.
Di kaki
Candi Singasari juga terdapat saluran di bawah lantai bilik, di mana aliran
airnya menuju ke utara. Mungkin, dahulu dipergunakan untuk mengalirkan air
pembasuh lingga yoni ke suatu pancuran. Jadi, Candi Singasari seperti “lingga”.
Relung-relung
di badan candi tidak ada arcanya. Menurut WF Stutterheim, relung-relung
tersebut berisi arca dari ‘Pantehon Buddha’. Pendapat ini ditentang oleh Jessie
Blom, dengan alasan arca-arca tadi tidak pernah ditemukan. WF Stutterheim
berkeyakinan bahwa Candi Singasari memiliki sifat ‘Siwabudha’.
Menurut
JLA Brandes, bila dilihat dari seni pahatannya, candi tersebut tergolong hasil
kesenian Singasari. Lebih muda ketimbang Candi Jago. Bernet Kempres berpendapat
bahwa Candi Singasari dibangun tahun 1300 Masehi. *** [280112]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar